Sebutan Kota Santri sudah melekat pada Kabupaten Pekalongan, karena mayoritas penduduknya yang beragama Islam. Uniknya, kabupaten yang terdiri dari 19 kecamatan ini memiliki kemajemukan agama (tidak hanya Islam), salah satu keunikannya berada di Kecamatan Talun yang posisinya di dataran tinggi, kurang lebih 40 km dari pusat kota Kabupaten Pekalongan.Â
Daerah yang terletak di dataran tinggi ini, penduduknya tidak hanya bekerja sebagai petani (cengkeh, PTP Nusantara dan padi) akan tetapi ada juga yang bekerja sebagai karyawan, peternak, buruh atau bahkan merantau keluar kota dan keluar negeri. Â Membahas kemajemukan agama, di Kecamatan Talun sendiri terdapat sebuah desa yang terkenal dengan sebutan "kampung moderasi beragama" sebutan tersebut untuk Desa Jolotigo, desa yang awalnya alas belantara sebagai pelarian Mbah Carangsuko. Desa Jolotigo ini memiliki 4 dukuh (dukuh Jolotigo, dukuh Purbo, dukuh Simbarmanis dan dukuh Kebonmanis) dan 2 agama ( Islam dan Kristen Protestan).
"Anggapan adanya Kristen Protestan disini terdapat beberapa versi, ada yang mengatakan karena para pegawai PTP Nusantara yang beragama kristen menikah dan berkembangbiak , ada juga yang mengatakan adanya Kristen Protestan disini sudah dari dulu dan ada yang menafsirkan pada mulanya penduduk Jolotigo merupakan umat Islam semua, namun berjalannya waktu di Desa yang jauh dari pusat kota itu penduduknya mengalami kelaparan dan umat Kristiani memberikan subsidi kepada umat Islam dan mengajaknya beribadah di Gereja" ucap Bapak Slamet (43) selaku Lebe di Desa Jolotigo. Â Â
Di Desa Jolotigo ini terdapat 4 Masjid dan 2 Gereja ( Gereja Kristen Jawa dan Gereja Bethel Indonesia). Â Untuk posisi gereja sendiri terdapat di dukuh Purbo. Penamaan dukuh Purbo ini berawal dari seorang tokoh bernama Mbah Purbo berasal dari Cirebon yang telah membuka dukuh ini. Dukuh Purbo ini sering di berbincangkan oleh masyarakat, karena memiliki toleransi antar umat beragama yang kuat serta memiliki banyak cerita tentang persaudaraan dan kehidupan antara umat muslim dan kristiani yang hidup berdampingan. Hal itu bisa dilihat dari berbagai bidang, salah satunya adalah bidang pendidikan.
Pendidikan adalah hak bagi seluruh warga Indonesia, tidak terkecuali di dukuh Purbo yang notabennya tidak banyak pilihan dalam bersekolah. Lembaga pendidikan formal yang ada di dukuh Purbo hanya ada PAUD yayasan Kristen, TK Bina Siswi Kristen, SD Kristen Purbo dan SD N 02 Jolotigo. Jarak tempuh SD N 02 Jolotigo sendiri cukup memakan waktu, sekitar 4 km dari dukuh Purbo. Oleh karena itu, masyarakat dukuh Purbo yang beragama Islam tidak punya pilihan lain untuk menyekolahkan anaknya selain di SD Kristen Purbo.
SD Kristen Purbo dengan secara terbuka menerima siswa-siswi yang beragama Islam yang jelas-jelas berbeda dengan cara pengajaran agamanya di SD Kristen Purbo. Namun sampai saat ini, belum ada siswa-siswi yang beragama Islam akan berpindah ke  agama Kristen. Hal tersebut menjadikan SD Kristen Purbo ini menjadi bukti bahwa perbedaan agama bukanlah suatu masalah yang besar yang menyebabkan perpecahan, SD Kristen Purbo memberikan "jaminan" keamanan keimanan kepada siswa-siswi muslim. Adanya jaminan tersebut menjadikan bukti bahwa SD Kristen Purbo memberikan toleransi kepada siswa-siswi muslim untuk menganut kepercayaan masing-masing individu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI