Mohon tunggu...
RIFKA H.
RIFKA H. Mohon Tunggu... -

Pahami => Bertindak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingnya Implementasi Aspek Insani Kurikulum 2013

5 Februari 2017   00:38 Diperbarui: 5 Februari 2017   01:15 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam sebuah pendidikan, pasti terdapat suatu kurikulum yang diberikan oleh Lembaga Penyelenggara Pendidikan. Karena kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa dalam proses belajar mengajar agar terlaksana dengan baik, dan tercapainya suatu tujuan pendidikan. Kurikulum Pendidikan yang terakhir diberikan ialah Kurikulum 2013. Namun, kurikulum ini tidak bertahan lama, karena sebagian besar sekolah belum memiliki kesiapan, baik kesiapan buku, sistem penilaian, maupun penataran guru.

Sampai saat ini, menurut Anies Baswedan hanya 3% yakni 6.000 sekolah yang tetap menjalankan K13. Langkah ini diharapkan menjadi contoh bagi sekolah lain. Sedangkan 97% sekolah kembali pada kurikulum 2006 yang sudah berjalan selama 6 tahun. Padahal, jika dianalisis kurikulum 2013 mampu meningkatkan kualitas SDM menjadi lebih baik dan menjadikan pelajar sebagai aset bangsa mampu berkontribusi bagi SDA di Indonesia.
Sebagaimana dalam buku "Pendidikan Kreatif" karangan Hudaya Latuconsia, dijelaskan ada 4 Aspek Insani dalam K13, diantaranya produktivitas, kreativitas, inovatif dan efektivitas. Produktivitas (KBBI) merupakan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, Kreativitas (KBBI) merupakan kemampuan untuk mencipta, Inovatif (KBBI) bersifat pembaharuan,  dan Efektivitas menurut Abdurahmat adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. 

K13 mengedepankan penguatan sikap, keterampilan,  dan pengetahuan yang terintegrasi. Karena selama ini kurikulum pendidikan nasional lebih banyak mengarahkan peserta didik seperti penumpang (maunya beres tanpa melalui proses), sebagaimana menurut Rhenald Kasali, Guru Besar Ekonomi UI. Penerapan aspek insani K13 sangat sesuai dengan kebutuhan dan keadaan Indonesia saat ini, apalagi SDA yang kerap disebut sebagai primadona dunia. Karena realita berbicara bahwa Indonesia kaya akan SDA, sedangkan SDMnya rendah. Dalam buku Pendidikan Kreatif karya Hudaya Latuconsina, dijelaskan sesungguhnya peran SDA  hanyalah 10-25%, peran SDM yang seharusnya mendominasi.

 

Kasus yang nampak sepele, Indonesia masih saja mengimport kedelai dari negara Myanmar dan Vietnam, padahal Indonesia merupakan negara agraris. Kasus freeport di Papua yang dimana keuntungan lebih banyak dinikmati oleh negara Paman Sam, meskipun sejak awal sudah terdapat kesepakatan mengenai laba dalam bilateral ini. Tapi tetap saja menunjukkan bahwa SDM di Indonesia masih rendah,  selain itu bisa merujuk pada kualitas pendidikan Indonesia yang masih kalah dengan kualitas pendidikan Singapura, Malaysia, Thailand dan Filiphina. Kualitas pendidikan Indonesia menempati urutan ke 124 dari 187 negara.

 

Apalagi sebuah jargon " berdaulat akan pangan " dan lirik lagu " Bukan lautan hanya kolam susu, Kail dan jalan cukup menghidupimu, Tiada badai tiada topan kau temui, Ikan dan udang menghampiri dirimu " nampak hanya sebuah simbolis, karena kemiskinan masih merajalela, hal ini juga disebabkan karena kurangnya produktivitas, kreativitas, inovatif, dan efektivitas bangsa terhadap SDA yang melimpah ruah. Peran  bangsapun juga tidak cukup tanpa adanya keandilan aparat-aparat pemerintah dengan memanifestasikan fungsi-fungsi APBN untuk bangsa dan negara.

 

Dalam konteks ini, sebagai orang yang kreatif tidak akan menjadikan hal tersebut sebagai problem. Karena orang kreatif memiliki 1000 solusi untuk 10 problematika. Terutama sebagai pelajar, dengan implementasi aspek insani K13 diharapkan dapat berkontribusi terhadap kekayaan alam yang melimpah ruah. Kemakmuran suatu negara tergantung dari kualitas bangsa. Dengan Political Will (Kemampuan berpolitik) dan Good Will (Kemampuan merubah menjadi lebih baik), kemungkinan besar dapat mengatasi dan mengurangi problem tersebut, karena sudah tidak adanya ketergantungan dengan negara lain yang dapat berdampak fatal dan akan menciptakan suatu kemandirian bangsa Indonesia, sehingga beberapa substansi isi pembukaan UUD 1945 tidak hanya sekedar tulisan yang tersusun sistematis nan manis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun