Mohon tunggu...
Rifka Azzahra
Rifka Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I Love Cat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), Mengejar Kesenjangan Imunitas Anak Pasca Pandemi

2 September 2022   23:54 Diperbarui: 2 September 2022   23:57 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), Mengejar Kesenjangan Imunitas Anak Pasca Pandemi

Seperti yang kita ketahui, selama kurang lebih 3 tahun ini dunia dilanda pandemi. Indonesia termasuk negara yang terkena dampak dari pandemi covid-19. Kasus masyarakat yang tertular virus ini meningkat sangat drastis beberapa tahun terakhir. Hal ini tentunya menyebabkan berbagai dampak yang serius bagi masyarakat, pembatasan ruang gerak publik diberlakukan agar mengurangi risiko penularan. Dampak bagi sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan tentunya sangat terasa akibat dari pandemi ini.

Salah satu yang menjadi perhatian pemerintah adalah dampak bagi kesehatan anak-anak, terutama dalam hal imunitas. Akibat dari pandemi yang lalu imunisasi pada anak-anak yang biasa diberikan di fasilitas pelayanan kesehatan, sekolah maupun pos imunisasi lainnya menjadi terhambat. Dampak dari penurunan cakupan imunisasi dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, seperti penyakit campak, rubela dan difteri. Ada sekitar lebih dari 1,7 juta bayi di Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi dasar selama periode 2019-2021.

Memasuki tahun 2022, Indonesia mulai menerapkan New Normal, yakni kebijakan membuka kembali aktivitas ekonomi, sosial dan kegiatan publik secara terbatas dengan menggunakan standar kesehatan yang sebelumnya tidak ada (sebelum pandemi). Untuk mengejar cakupan imunisasi yang rendah, Kementerian Kesehatan menggelar Bulan Imunisasi Anak Nasional atau BIAN yang berlangsung dua tahap. Tahap pertama dimulai pada bulan Mei hingga Agustus di wilayah pulau Jawa dan Bali. Imunisasi yang diberikan berupa imunisasi ampak rubella menyasar usia 9 sampai 59 bulan, dan imunisasi kejar pada anak usia 12 sampai 59 bulan yang tidak lengkap imunisasi OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib.

Melalui imunisasi ini diharapkan apa yang menjadi tujuan dari dilaksanakannya program ini dapat tercapai dengan baik, serta mendapat dukungan dari masyarakat. Karena jika ketertinggalan imunisasi ini tidak dikejar maka dapat menyebabkan keajdian yang disebut kejadian luar biasa yang tentunya akan menyebabkan beban baru di masa pandemi.

Pelaksanaan BIAN tahap pertama yang diselenggarakan di Kelurahan tempat penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata berjalan cukup kondusif. Program ini mendapat dukungan penuh dari masyarakat terutama bagi orang tua yang masih mempunyai anak yang memenuhi kriteria imunisasi tersebut. Para orang tua turut serta membawa anaknya datang dan mengantre dengan tertib untuk mendapatkan imunisasi sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya orang tua akan kembali mendapatkan surat pemberitahuan untuk mengikuti tahap kedua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun