Mohon tunggu...
Rifka Kusumawardhani
Rifka Kusumawardhani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku ada, kumanfaatkan untuk membaca, memikirkan dan menulis apa saja yang kudengar, kulihat, kurasakan dan kupikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senja Di MihrabMu

14 Agustus 2012   19:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:46 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_200658" align="aligncenter" width="300" caption="Photo Koleksi Pribadi: Diatas Menara Mesjid Agung Bandung"][/caption]

Rindu itu seperti pelataran mihrab yang tersinari matahari senja

Menimang dan mereka-reka sudah sejauh manakah perjalananku

Dipenghujung  bulan yang terdapat didalamnya seribu berkah

Masih saja bebenah mencari-cari bekal yang  kurang untuk dirayakan

Dunia seakan bergejolak, di ujungnya riak membawa nafsu ria jumawa

Sudah seberapa banyak persiapan menyongsong ujung kemenangan ?.

Seakan lupa masih banyak jiwa tertinggal yang tidak mendapatkan rasa

Terhuyung memikul beban, mengais bekal untuk berjumpa denganNya

Dunia ini terlampau berat dipikul sendiri  dalam pesta pora tebar pesona

Ada hak untuk berbagi dan meringankan sesama menuju cintaNya

Hakekatnya justru melapangkan beratnya penghuni-penghuni pundak

Siang itu, aku tercenung tidak memdapatkan sesuatu  yang diharapkan

Mihrab itu, aku menuju kearahnya dalam compang camping bekal  yang kubawa

Masih saja ada yang mengalir lembut menyejukan sisa pengharapan

Bercumbu dengan kasihmu, mengurai rasa, bergelut dengan gejolak nafsu angkara

Senja itu pun kupeluk dengan segenap kekurangan, dengan keterbatasanku

Hanya berharap akan rahmatMu sajalah kubersujud dan menunaikan perintahMu

Dan sebait do’a pun turut menyemarakan rindu belayan akan nuansa  kasih Mu

Tidak ada yang pantas untuk dibanggakan dalam gebyar hiruk-pikuk duniaku

Namun masih berharap akan rahmat yang selalu tercurah dari Mu

Selamat datang hari kemenangan, selamat tinggal bulan pengharapan

sempai ketemu di mihrabmu mendatang

apakah aku sedang  merindu

atau tergugu ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun