Mohon tunggu...
Ardya Rifiantara
Ardya Rifiantara Mohon Tunggu... -

Darah masih muda, nantinya juga akan tua. Tapi mumpung masih muda. Ingin ambil bagian dalam perubahan. Ya, saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Visinya Pak Menteri Pertanian Kita

5 Mei 2010   07:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:24 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seminggu lalu di kompas dan tentu kompasiana keyword pertanian marak bermunculan. Apa gerangan ? Yang pastinya terima kasih kepada redaksi kompas cetak yang berkesempatan untuk mengulas itu. Sedetail-detailnya.

Di akhir rangkaian pembahasan mengenai pertanian,terdapat satu tulisan di hal.11 cetak, 'blue print pembangunan pertanian' oleh Bustanul Arifin. Sedikit cerita,Bapak Bustanul Arifin ini ahli pada bidang ekonomi pertania. Beliau juga seorang Guru Besar di UNILA sana. Tak heran pada era Presiden Soeharto beliau mendapat kepercayaan di pos-pos penting,dan juga yang berkaitan dengan pertanian.

Masuk ke pokok permasalahan. Poin penting jelas yang diangkat oleh Pak BA adalah : mana visi dan rancangan jelas pertanian Indonesia ? di akhir tulisannya,beliau mengusulkan sebuah kata untuk visi pertanian kita, INOVASI.
Sebenarnya,Pak Suswono Menteri Pertanian kita juga sudah punya visi yang keywordnya adalah : pertanian industri dan sumberdaya lokal. Dan sepengetahuan saya,visi ini merupakan lanjutan dari rancangan kepemerintahan terdahulu,Bapak Anton Apriantono,yang merumuskan pertanian Indonesia 2004-2014.

Dalam hal ini,visi itu harus kuat,jelas,singkat,padat,dan REALISTIS.

Saya sepakat dengan visi pertanian kita yaitu sumberdaya lokal yang dieksposkan,khususnya sumberdaya ALAM lokal.

Lalu,keyword Pertanian Industri,apa kita mampu ? Apa ini realistis ?

Yang saya pahami pertanian industri itu siklus subsistem bisnis (agribisnis) yang mapan,stabil,dan bisa dibilang modern. Salah satu indikatornya, mapannya subsistem pengolahan hasil pertanian. Tapi kapan ya subsistem pengolahan pertanian kita mapan ?

Untuk kelapa sawit saja, kita, umumnya, hanya mampu menghasilkan sampai CPO (Crude Palm Oil / minyak sawit mentah). Kita masih berat untuk produksi sampai barang jadi lainnya. Biasanya CPO ini diekspor keluar negeri dengan suatu harga,dan kelak kembali sebagai suatu value added product seharga 2 atau 20 kalinya. Khusus untuk olahan hasil perkebunan,kita masih lemah.

Untuk bagian-bagian lainnya,hortikultura,dll. apa mau dikata,memang pasar dalam negeri dan ekspor masih menghendaki barang mentah (buah-buahan,dll). Itu pun kita masih banyak diserang produk luar negeri yang kualitasnya lebih baik.

Pertanian Industri,kapan yaa?

Solusinya,ini dia yang paling berat. Kalau kata Pak BA, kita mewujudkan INOVASI. Salah satunya yang bisa kita capai, menurut saya pemerintah proaktif menumbuhkan industri pengolahan hasil pertanian berskala kecil. Kenapa di kelapa sawit yang kita sanggupi hanya CPO?karena pengolahannya mudah. Perusahaan kecil pun bisa mengolahnya sendiri. Yang kita tunggu dari Indonesia, kapan kita siap menyediakan barang jadi. Ayo kita mulai dari industri skala kecil,kembangkan,dan bersaing di internasional. Mungkin akan butuh waktu, tapi yakinlah kita bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun