Mohon tunggu...
Ardya Rifiantara
Ardya Rifiantara Mohon Tunggu... -

Darah masih muda, nantinya juga akan tua. Tapi mumpung masih muda. Ingin ambil bagian dalam perubahan. Ya, saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekolah Reguler Indonesia, Kenapa Ngga?

8 Mei 2010   06:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:20 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Membaca headline koran Kompas hari Jumat ini,mengenai pendidikan Indonesia. Kalo edisi-edisi terdahulu tentang susahnya masuk Perguruan Tinggi,kali ini mengulas salah satu cerita orang tua yang mau memasukkan anaknya ke SMP. Diceritakan,sehubungan dengan biaya masuk SMP standar internasional yang berjutaan,diputuskan oleh orang tua tersebut untuk memasukkan anaknya ke SMP reguler.

Nah,saya mau berbagi cerita yang semoga saja bermanfaat dan tidak menutup harapan buat calon siswa seluruh Indonesia. Saat ini saya sedang menginjak semster 4 di PTN Bandung,namun dari TK sampai SMA saya bersekolah di Jakarta. Sekolahnya merupakan salah satu Sekolah Islami yang Konon Berstandar Internasional. Waktu saya disana,spp SMA sebulan 700rb,bahkan tahun ini 1jt,sedangkan SMP zaman saya 350.000

Namun,dalam tulisan ini saya mencoba mengulas,apa sih perbedaan sekolah standar internasional dan reguler ?

Pertama, yang memang terlihat jelas perbedaannya yaitu dari infrastruktur. Pengalaman saya di sekolah beberapa tahun lalu,tiap kelas sudah terdapatnya AC,meja dan kursi belajar yang baik, komputer dan internet, proyektor, dan papan tulis. Memang cukup terbayar dengan SPP sebesar itu.

Kedua, mmm.. Saya pikir tidak ada.. Mengapa ? Karena..
pertama, untuk kualitas guru, dari keilmuan memang berkualitas sangat baik,namun dari kesejahteraan guru-gurunya sama saja seperti di negeri. Guru-gurunya terus berjuang untuk menghidupi keluarga. Mengapa bisa begini ? Karena pengeluaran untuk infrastruktur sangat-sangat besar.

Kedua, kegiatan kesiswaan sama persis dengan reguler. Bahkan terkadang kegiatan kesiswaan di sekolah reguler lebih maju. Karena mereka serius di bidangnya. Misalnya di olahraga,contohnya sepakbola dan bola basket.

Ketiga, metode pembelajaran. Sama dengan sekolah reguler. Perbedaannya hanya terkadang di sekolah berstandar terdapat penyampaian dari media yang bervariasi,misal tv (film).

Jadi apa perbedaannya. Saya masih terus coba mengingat-ingat tapi tak kunjung menemui perbedaan. Saya bukan bermaksud menjelekkan sekolah satu dan lainnya. Hanya memotivasi seluruh calon siswa sekolah menengah bahwa : MASUK  SEKOLAH  REGULER  SAMA  SEKALI  BUKAN  MASALAH,yang terpenting bagaimana kita memimpin diri sendiri untuk sukses di kemudian hari.

Maju Indonesia !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun