Mohon tunggu...
RIFIA FIRMAYANTI
RIFIA FIRMAYANTI Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DI CIBIRU

Mahasiswa S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus daerah Cibiru

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Analisis Penyebab Peningkatan Angka Pengangguran di Indonesia

24 Desember 2024   09:39 Diperbarui: 24 Desember 2024   10:45 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Karakteristik, Agustus 2019--Agustus 2024 (Sumber: Badan Pusat Statistika)

Penulis: Rifia Firmayanti (2406398), Dr. Dinie Anggraeni Dewi, M.Pd., M.H., dan Muhammad Irfan Adriansyah, S.Pd. 

Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial dan ekonomi yang cukup signifikan di Indonesia. Dampak jangka panjang dari pengangguran yang berkepanjangan mencakup dampak psikologis negatif terhadap individu yang menganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang tinggi dapat memicu kekacauan politik, keamanan, sosial, dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara dengan menurunnya produk nasional bruto dan pendapatan per kapita. 

Penyebab pribadi dari pengangguran adalah kemalasan, faktor disabilitas atau usia, serta rendahnya tingkat pendidikan. Di Indonesia, beberapa faktor utama yang menyebabkan peningkatan angka pengangguran, yaitu ketimpangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja, kebijakan pemerintah yang tidak selalu menguntungkan rakyat, pembangunan sektor ekonomi yang tidak realistis, dan jumlah perempuan dalam angkatan kerja yang semakin meningkat. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dengan ketersediaan lowongan pekerjaan di Indonesia. Hal ini yang menyebabkan terciptanya kesenjangan yang signifikan antara pasokan dan permintaan tenaga kerja, menyebabkan sulitnya para pencari kerja untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi dan minat mereka. Kurangnya keahlian atau keterampilan juga menjadi penyebab utama peningkatan angka pengangguran. Banyak sumber daya manusia yang tidak memiliki keahlian atau keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Selain itu, kurangnya pelatihan kerja untuk meningkatkan keterampilan dan soft skill dalam memenuhi kebutuhan. Budaya malas dan kurangnya motivasi juga dapat menghambat pencari kerja dalam mencari pekerjaan.

 Dengan pertambahan penduduk setiap tahun, jumlah pencari kerja juga meningkat, yang bisa menciptakan tekanan pada lapangan pekerjaan yang tersedia. Pengangguran sendiri dapat diartikan sebagai ketidakmampuan angkatan kerja untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2024, tingkat pengangguran terbuka sekitar 4,91 persen. Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar 5 orang penganggur. Selama periode Agustus 2024, terjadi peningkatan TPT saat awal pandemi COVID-19 (Agustus 2020), kemudian TPT menunjukkan tren menurun hingga Agustus 2024. Pada Agustus 2024, TPT mengalami penurunan sebesar 0,41 persen poin dibandingkan Agustus 2023. 

 Tingkat pengangguran mengakibatkan kelesuan ekonomi dan penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dampak pengangguran terhadap ekonomi masyarakat, meliputi penurunan pendapatan per kapita, penurunan pendapatan negara, beban psikologis, menimbulkan pengeluaran negara untuk bantuan-bantuan biaya sosial, termasuk biaya pengadaan, penyuluhan, pelatihan, dan keamanan. Salah satu faktor yang secara langsung dan tidak langsung menghalangi atau menghambat kesempatan orang untuk memperoleh pekerjaan atau memperluas lapangan kerja adalah penghambat ketenagakerjaan. Hal ini bisa berupa berbagai kondisi atau elemen dalam suatu ekonomi yang membatasi akses atau kesempatan kerja bagi individu atau kelompok tertentu. Penghambat ini dapat mencakup berbagai hal, mulai dari ketidakseimbangan keterampilan yang dimiliki oleh pekerja dengan permintaan pasar kerja, hingga faktor-faktor ekonomi, sosial, atau kebijakan yang membatasi pertumbuhan lapangan kerja. 

Semakin tinggi angka pengangguran akan menimbulkan dampak buruk pada perkenomian dan kondisi sosial di masyarakat. Artinya jika tingkat pengangguran paling tinggi 2-3 persen itu berarti bahwa perekonomian dalam kondisi penggunaan tenaga kerja penuh.  Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang (gap) yang terus membesar Kondisi tersebut semakin membesar setelah krisis ekonomi. Dengan adanya krisis ekonomi antara peningkatan angkatan kerja baru dengan penyediaan lapangan kerja yang rendah terus makin dalam, tetapi juga terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia dari tahun ke tahun terus semakin tinggi. Selain menjadi beban dan penghambat dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara, pengangguran juga digunakan menjadi salah satu indikator dari pasar tenaga kerja yang ada. Konsep pengangguran disini diartikan sebagai penduduk yang memasuki usia kerja (15--65 tahun) yang sedang mencari kerja, mempersiapkan usaha, putus asa dan sudah punya pekerjaan tapi belum memulai bekerja. Dengan mengacu pada permasalahan pengangguran tersebut, maka perlu dilakukan pembahasan mengenai permasalahan yang menjadi penghambat dalam menciptakan lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja, dan pengangguran dalam upaya meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi negara ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun