dalam tulisan ini saya mensoroti fenomena pemilihan calon anggota legislatif, bukan pemilihan presiden dan wakilnya.
2014, tahun politik bagi bangsa Indonesia. terbuka berjuta kesempatan untuk menjadi bangsawan melalui mekanisme yang ditetapkan oleh komisi pemilihan umum negeri ini.
reaksi masyarakat dalam menyambut pesta demokrasi ini juga beragam, ada yang sukaria, ada yang biasa saja, ada pula yang skeptis.
mereka yang bersuka ria sebagian besar adalah bagian dari kepentingan atas pemilu ini, entah itu partai, tim sukses calon legislatif, atau mereka yang (katanya) memiliki massa yang berpotensi diarahkan suaranya untuk memilih satu sosok.
mereka yang biasa saja cenderung muncul dari kalangan professional yang "malas" berurusan dengan politik, namun sudah menetapkan nama yang akan dipilih untuk mewakili suaranya di kursi wakil rakyat.
yang menarik ada pada mereka yang skeptis. yang membuat saya bertanya-tanya "tidak adakah seseorang yang cukup dipercaya masyarakat golongan ini untuk mewakili suara mereka di kursi wakil rakyat ?"
kalangan yang skeptis pada politik ini kalau saya lihat justru menjadi sasaran empuk para pemilik kepentingan, karena pada dasarnya mereka belum menentukan pilihan.
berbagai cara dilakukan masyarakat yang "katanya" memiliki kepentingan untuk duduk di kursi wakil rakyat untuk mempengaruhi pilihan para kalangan skeptis ini. mulai dari cara yang terhormat, sampai dengan cara yang (cukup) tidak terhormat. dengan melakukan black campaign misalnya. yah kita semua tau black campaign ditujukan kepada pemilih yang ragu akan pilihannya.
setelah saya amati lebih jauh, ternyata sebenarnya para pemilih golongan skeptis ini (pada kahirnya) juga akan tetap mempergunakan hak pilihnya pada hari pemungutan suara. lantas pertanyaan muncul, "jadi siapa yang mereka percaya untuk memperjuangkan asprasinya di kursi wakil rakyat ?"
mereka memang skeptis dengan politik, terlebih pada partai. namun mereka melihat figur, terlepas dari partai mana yang mengusung figur tersebut, mereka cenderung menitikberatkan pada profil dari calon anggota legislatif tersebut. dan saya sadar kalau mereka mereka ini adalah pemilih yang loyal, ini terbukti kenapa selalu ada wajah wajah lama yang menghiasi kursi wakil rakyat. ya kemungkinan besar karena pemilih pemilih jenis ini.
satu hal yang saya temukan dari mereka adalah "di balik setiap baliho pasti selalu ada kepentingan, namun apapun kepentingan mereka (calon anggota legislatif) bukan urusan kami, yang kami tau kami bisa mempercayai sosok yang tepat. melihat profile dari calon anggota legislatif itu sendiri"