beberapa hari yang lalu saya membaca salah satu kutipan yang membuat darah saya mendidih, kira kira begini kutipannya "jadi perempuan itu tidak usah terlalu pintarlah, sulit jodoh nanti. toh bersekolah setinggi apapun juga nanti ujungnya mengurus anak, rumah dan suami"
ada banyak hal yang saya kritisi dalam kutipan itu, pertama soal konsep jodoh. dimata saya, perempuan yang "katanya" sulit jodoh karena bersekolah terlalu tinggi bukan dikarenakan sekolahnya tinggi, tapi karena dia terlalu fokus bersekolah sehingga tidak memikirkan tentang jodoh, dan mungkin lupa berdoa kepada tuhan untuk dipertemukan dengan jodohnya.
kedua soal "tidak usah terlalu pintar". dimata saya, rumah tangga itu ibarat pesawat dengan suami adalah pilot dan istri adalah co-pilot, masing masing memiliki job desk yang berbeda. ingat, hubungan pernikahan itu dibangun atas dua orang. bukan satu orang saja, meskipun kita tau suami adalah pemimpin dalam keluarga. anda bisa bayangkan apa yang terjadi jika seorang co-pilot pesawat terbang unskilled, yang hanya menuruti apa kata pilot tanpa tau dasarnya. kemungkinan pesawat crash sangat tinggi.
ada banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga, salah satunya adalah aset, nah dalam hal ini peran seorang istri dalam men-diversifikasi aset menjadi sangat penting. dan kecerdasan seorang istri dalam menentukan objek investasi diversifikasi aset menjadi sangat penting sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan bersama.
kemudian soal anak, sebagaimana yang kita tau guru pertama dalam kehidupan adalah ibu. bagaimana seorang perempuan menjawab pertanyaan pertanyaan kritis anaknya jika ia tidak memiliki kecerdasan yang mumpuni, yang ada sangat boleh jadi anak tersebut diperlakukan dengan menggunakan kekerasan sembari berkata "jangan tanya yang aneh-aneh" ini ironis sekali, hanya karena si ibu tidak cukup cerdas dalam mendidik dan menghadapi sikap kritis si anak, si anak memiliki trauma kekerasan yang akan terus dia ingat seumur hidupnya.
kemudian soal kedewasaan dalam menghadapi permasalahan rumah tangga, disini diperlukan juga kecerdasan seorang istri dalam mendampingi suami dan membantu menemukan solusi dari permasalahan keluarga tersebut.
belum lagi ketika suami memiliki masalah di kantor atau di  pekerjaan, istri adalah bahu untuk bersandar. kecerdasan istri diperlukan untuk mensupport dan memotivasi suami untuk kembali optimis dengan karier.
dan satu lagi hal yang menjadi isu dalam kehidupan berumah tangga adalah soal ekonomi, istri dituntut untuk cerdas dalam pengelolaan sistem keuangan rumah tangga, tidak terlalu boros, tidak pula terlalu berhemat.
ketiga, hal yang sangat saya kritisi dari kutipan tersebut adalah " bersekolah setinggi apapun juga nanti ujungnya mengurus anak, rumah dan suami" memang benar, kodrat seorang perempuan adalah mengurus anak, rumah, dan suami. tapi dalam hal ini mulai ada pergeseran persepsi menjadi "perempuan cerdas biasanya tidak mau diatur suami, dan memilih menjadi wanita karier, meninggalkan rumah, anak, dan suami". begini, keputusan perempuan bekerja atau tidak itu dikembalikan kepada izin suami, dan perempuan itu sendiri. saya yakin di dunia ini tidak ada satupun seorang istri dan ibu yang dengan sengaja ingin meninggalkan rumah, anak, dan suami tapa tanggung jawab apapun. ketika seorang perempuan memutuskan untuk menjadi wanita karier, itu artinya dia sudah memiliki master plan untuk memanage rumah, anak, dan suami. walau bagaimanapun, sudah menjadi naluri seorang perempuan untuk mengurus rumah, anak, dan suami.sekarang tinggal bagaimana seorang suami dan ayah bisa memimpin rumah tangga  dengan bijaksana.
keluarga dengan istri dan ibu yang cerdas, saya yakin akan sangat berpengaruh terhadap kecerdasan mental anak, kedewasaan suami  dalam memimpin, dan keharmonisan keluarga
pada intinya, perempuan mutlak harus cerdas, karena perempuan adalah tiang keluarga.