Di tengah krisis ekologi global, muncul pendekatan baru yang menggabungkan isu lingkungan dengan kesetaraan gender, dikenal sebagai ekologi feminis. Ekologi feminis menyoroti bagaimana perempuan dan lingkungan sering kali menjadi korban dari praktik-praktik patriarkal dan kapitalistik yang merusak. Pendekatan ini mengajak kita untuk melihat hubungan antara eksploitasi alam dan penindasan terhadap perempuan, serta bagaimana keduanya dapat diatasi melalui kebijakan politik yang inklusif dan berkelanjutan.
Ekologi feminis berakar pada kesadaran bahwa isu-isu lingkungan dan gender saling terkait. Teori ini menyatakan bahwa kerusakan lingkungan dan ketidakadilan gender sering kali memiliki akar yang sama, yaitu sistem patriarki dan kapitalisme yang mendominasi. Patriarki menempatkan perempuan dalam posisi subordinat, sementara kapitalisme sering kali mengeksploitasi sumber daya alam tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya.
Ekologi feminis menyoroti peran penting perempuan dalam pelestarian lingkungan. Di banyak komunitas, perempuan adalah penjaga utama sumber daya alam seperti air dan hutan. Mereka memiliki pengetahuan lokal yang berharga tentang cara-cara menjaga keseimbangan ekosistem. Namun, suara dan pengalaman mereka sering kali diabaikan dalam pengambilan keputusan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H