Mohon tunggu...
Humaniora

Patron In Makassar, Sulawesi Selatan, What's Wrong?

30 April 2016   20:15 Diperbarui: 30 April 2016   23:00 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada pertemuan perkuliahan hari kamis dengan mata kuliah antropologi  saya masuk kelas terlambat dan kurang mengetahui awal pembahasan  dan saya menyimpulkan/menangkap beberapa isi dari pembahasan tentang patron dan klien di daerah Sulawesi selatan dan Indonesia yaitu

1. Patron menurut saya adalah sosok pemimpin yang dapat di contoh dengan mengambil hal positifnya, dan klien adalah seorang pengikut,sedangkan menurut isi buku yang di paparkan oleh dosen saya patron atau Patronase itu sendiri adalah suatu hubungan antara dua orang yang sebagian besar melibatkan persahabatan instrumental, di mana seseorang yang lebih tinggi kedudukan sosial ekonominya (patron) menggunakan pengaruh dan sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan perlindungan, keuntungan atau kedua-duanya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya (klien), yang pada gilirannya membalas pemberian tersebut dengan memberikan dukungan yang umum dan bantuan, termasuk jasa-jasa pribadi kepada patron.

2.Penelitian Etnografi tentang patron di Sulawesi selatan masih kurang mulai dari aturan social,hirarki social,system kekerabatan dan perkawinan.Namun,yang di bahas adalah berbagai kasus patron-klien berbeda untuk masyarakat bugis dan makassar pada periode ,lokasi,dan kondisi social berbeda bisa dipandang sebagai variasi-variasi dari suatu pola umum,sehingga menjelaskan,hingga tingkat yang dilanjutkan dan kontinitas temporer fenomena tersebut.

3. Dan yang terakhir di pembahasan yang dapat saya simpulkan adalah keuntungan dalam minawang patron klien di Sulawesi Selatan sebagai seorang patron yaitu : dapat menaikkan gengsi dan martabatnya dalam masyarakat sedangkan sebagai klien yaitu : siri mereka adan terlindungi, bisa mendapatkan sebidang tanah, dibantu dan dibela dalam menghadapi masalah, bebas tugas dan ikut naik martabat.

sebelum mengakhiri artikel ini saya menyimpulkan pembahasan diatas ,karena pembahasan di atas kurang lebih seperti berbicara soal kepemimpinan,jadi saya mendapatkan sebuah kutipan untuk di jadikan kesimpulan yaitu:

Qoutes : "Siapa(pun) bisa menjadi pemimpin tetapi tidak semua pemimpin memilik Jiwa Kepemimpinan"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun