Mohon tunggu...
rifda Marma
rifda Marma Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil, pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pariaman

Seorang yang menyukai ilmu sejarah, senang belajar hal-hal yang baru dan menantang, senang menulis buat katarsis atau menyampaikan informasi untuk saling berbagi, memiliki keingin menjadi manusia yang baik dimata Allah dan makhluknya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rayya, Apa yang Kamu Pikirkan?

30 Oktober 2024   15:16 Diperbarui: 30 Oktober 2024   15:44 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Koleksi Pribadi  

Rayya berjalan menuju kantor, dengan anggun dan percaya diri, lenggang-lenggoknya nya sangat serasi dengan ayun langkah kakinya yang jenjang, berpadu dengan high heels, senada pula warna dengan blazernya. Dia benar-benar mencerminkan seorang wanita karier yang sukses, yang hidup di kota metropolitan. Baru satu bulan ini, dia menandatangani akad kredit, untuk satu satu unit apartemen, di pusat kota dan satu unit mobil Toyota Rush impiannya pada salah satu Bank dan layanan finance. Ini bertujuan, demi menunjang penampilan, menambah kewibawaan dan decak kagum junior, rekan kerja, dan menarik klien, untuk bisa diajak bekerja sama. Tapi itu menurut pikirannya sendiri. Rayya. Dia seorang wanita yang dikenal cukup baik, oleh kolega di kantornya, orang yang ramah, senang bergaul, suka memuji, ditambah lagi dengan penampilan menarik dan modis. Hari-harinya selalu ceria dan membuat orang-orang selalu tersenyum, dia pandai menarik perhatian dan menjadi kesayangan bagi banyak orang. 

Tapi tidak bagi orang yang betul-betul mengenalnya. Bagi rekan senior yang selama ini bergaul dengannya, dia dikenal dengan sifat yang oportunis, tidak punya pendirian, kemana arah angin berhembus, asal itu menguntungkan pribadinya, disitu dia akan menunjukan keberpihakan. Semua itu dibalut dengan etika yang baik, keramahan, senang menyampaikan pujian. Walaupun, pujian itu bisa saja tidak sesuai dengan orang yang dipujinya, begitu juga sebalik. Dia tidak butuh akurasi dalam menerima suatu berita, termasuk menyampaikan ungkapan pujian. baginya yang penting orang itu senang. Itu saja sudah cukup baginya. Kemudian akan menjadi bahan baginya, untuk disampaikan kembali tentang orang-orang, diceritakannya di belakang, berupa suatu berita yang tidak baik, ditambah dengan bumbu-bumbu penyedap, agar cerita menjadi legit untuk didengar.. 

Dia adalah seorang sanguinis yang manipulatif, senang menyampaikan sanjungan tinggi, berlebihan. Seorang sanguinis pasti senang dikelilingi orang-orang, diperhatikan, apalagi menjadi pusat perhatian. Apabila sudah bertemu dengan mangsa yang tepat, secepat kilat dia akan beraksi, menyambar dan mengeluarkan jurus kuda-kudanya. Bukan hal yang sulit baginya untuk melakukan hal itu. Sikap supel serta keramah-tamahan, nampak memudahkannya dalam bergaul, tapi itu hanya bagian dari rencana agar tujuan pribadinya tercapai. 

Suatu hari di kantor, dimana para klien datang. Rayya mulai beraksi dengan jurus jitunya.

"Hai ibu, apa kabar, tambah makin fit dan cantik aja sekarang, apa sih rahasianya kok bisa se-sehat dan secantik ini, jadi pengen tahu deh?" kata-kata itu yang selalu disasarkan kepada orang-orang yang ingin disapanya, dan orang yang di puji nampak sangat bersemangat kalau sudah ditanya apa rahasianya. 

"Oh ini, ibu minum herbal, sereh, jahe dan sedikit gula, direbus dengan dua gelas air, sampai air yang direbus itu tinggal satu gelas.  Dan minum satu kali sehari, itu khasiatnya sangat baik buat menjaga kesehatan, dan kecantikan, kamu harus coba juga lho Rayya, klien menjelaskan dengan semangat. 

"patesan muka ibu, glowing, dan ibu tampak singset, pokoknya tampak awet muda, akupun ingin mencoba juga dirumah, thanks ya bu" jawabannya selalu menyenangkan.

Setelah melancarkan aksinya begitu, dia bercerita kepada teman dan bawahan, kalau orang yang dipuji itu terlalu melambung, 

"dipuji begitu saja dia sudah senang gitu padahal, bedaknya aja yang tebal dan terlalu putih, gak cocok dengan tone kulitnya hahahaha" ujarnya dengan tertawa sedikit mengejek. 

"Kamu juga ngapain ibu tadi dipuji seperti itu" atasannya menimpali, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun