Mohon tunggu...
rifda Marma
rifda Marma Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil, pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pariaman

Seorang yang menyukai ilmu sejarah, senang belajar hal-hal yang baru dan menantang, senang menulis buat katarsis atau menyampaikan informasi untuk saling berbagi, memiliki keingin menjadi manusia yang baik dimata Allah dan makhluknya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menyeberangi Kodrat

28 Maret 2024   15:08 Diperbarui: 28 Maret 2024   15:12 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lelaki dewasa itu terbujur kaku, tubuhnya di tidurkan diatas kasur kapuknya yang dialasasi kain panjang, badannya yang kurus kering, hanya tinggal kulit pembalut tulang. Para tetangga, jauh, dekat, karib, kerabat, teman kantor berduyun- duyun datang melayat dan melihatnya untuk terakhir kali, sebagai tanda penghormatan. 

Dia kabarnya menderita sakit parah yang luar biasa. Dulu badannya yang kekar, tegap dan gagah, dan atletis, perutnya 6 petak sebagai anak fitness yang aktif dan rajin berolah raga serta menjaga penampilan. Bibirnya disulam dengan warna pink kemerahan, setiap menit selalu mengoleskan lip balm, agar tidak kering. 

Kini tak nampak lagi, dia hanya seonggok daging yang tak berdaya dalam melawan sakit yang dideritanya. "Kenapa dia sakit?" salah sorang temannya bertanya, "setelah suntik covid (vaksin) temannya menjawab. "Parrah, vaksin covid ini hanya membawa bencana saja, lihatlah dia sekarang, mati terbujur sehabis di vaksin". Seorang lagi menanggapi, didalam kelompok tersebut, di bawah tenda halaman rumah duka, yang dipasang khusus untuk menanti pelayat yang datang.

Lelaki dewasa yang terbujur kaku itu, dulu menjalani hidupnya dengan glamor, hedon, dialah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), berjabatan tinggi, memiliki etos kerja yang tinggi, rajin, senang olah raga, liburan-liburan ketempat-tempat yang mewah dan berkelas, menginap di hotel-hotel berbintang. Tidak ada foto yang tidak di unggah dimedia sosialnya, takjup dan iri mata memandang foto yang terpampang diaplikasi medsosnya, apa lagi mata rekan keraj, sesama ASN lain yang tidak mampu, menyaingi gaya hidupnya. 

Tapi lihatlah kini, dia lemah, sakit, badannya rusak oleh ulahnya sendiri, dia menyukai teman dari jenisnya, dia tidak peduli penyimpangan yang dilakukan selama ini, yang penting dia menimati kenikmatannya itu, dan itu kebahagiaannya, siapa yang peduli, lirihnya sinis dengan pandangan heran, orang menghujatnya.

Lelaki dewasa yang terbujur kaku itu sudah dua kali di gerebek satuan polisi pamong praja, temannya se institusinya sendiri, bahkan sama-sama menekuni fitness atau satu angkatan dengannya, dia dikhianati oleh penyimpangan dari kodrat yang sudah digariskan tuhan. Mati dalam kering dalam gerogotan virus HIV yang menyerang tubuhnya, pemerintah pun punya andil dalam kematian itu dengan mewajibkannya untuk vaksin covid-19 itu, yang membuat sakitnya tambah parah, bahkan sampai mengantarkannya menemui tuhan.

Lelaki dewasa yang terbujur kaku itu, dengan penyimpangannya, dilaporkan di tempat finess langganannya, oleh pemilik salon disamping fitnessnya. "apa ada indikasi kecemburuan pemilik salon yang bertulang lunak itu?" Tanya teman, ketika berita itu menyebar keselurih kota. Dia tidak sadar bahwa ini kota kecil, semua berita bisa menyebar dengan cepat melebihi kecepatan pikirannya dalam berbuat mesum itu. " oh bisa jadi," jawab rekan kerja yang lain menimpali. "Mampus lo, gue adukan lu, puas kan lo" kata seorang lagi memberikan gambaran kepuasan pemilik salon, yang mengadukannya, sambil melunak-lunakkan tulang punggungnya, dengan suara sengau dari hidung, dan tangan pun di lambai-lambaikan, menirukan gaya seorang wadam.

Lelaki dewasa yang terbujur kaku itu, masuk berita lagi, setelah dua bulan, kisahnya hening dari perghibahan seantero kota, kali ini tertangkap basah lagi dengan laki-laki itu lagi, tapi di rumah dinas yang tak dihuni pejabatnya, lagi-lagi tidak ada kapok-kapoknya. Entah apa yang ada dalam pikirannya, apakah tak takut dosa dan neraka, seolah-olah kenikmatan hidupnya akan selama-lamanya, tapi itulah bedebahnya negeri ini, taka da hukuman yang membuatnya jera dan berhenti, apalagi bertaubat. 

Dia tetap menjadi aparat sipil negara, dengan hukuman tindak pidana ringan saja, padahal sudah jelas-jelas membahayakan, kemana perginya keadilan negeri ini?, dan orang yang heran bertanya kenapa dia tidak dipecat?, itulah kenapa, seharusnya kan sudah di berhentikan dengan tidak hormat, ketika penggerebekan yang pertama?.

Lelaki dewasa yang terbujur kaku itu, seorang pelaku homoseksual, ternyata pacarnya mahasiswa fakultas kedokteran di universitas terkenal di kotanya. Menjadi bahan bully-an bagi teman-teman satu dinas dengannya. Tidak peduli, apakah dia sudah menjadi mayat atau ketika masih hidup, dengan pilihan dan penyimpangan yang mengerikan itu. 

rupanya sudah memiliki anak dan istri, konon kabarnya istrinya cantik, kaya, dan anak seorang pemuka di kampungnya,dan entah kenapa dan dimana sampai dia bisa membelot seperti itu, apa yang ada dalam pikirannya, kenapa dengan dirinya. Beragam pertanyaan bermunculan, dari mulut orang-orang sekota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun