Vygotsky, sebagaimana yang disampaikan oleh Suyono, mengemukakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak-anak sangat bergantung pada interaksi dengan orang lain. Dia menekankan bahwa suatu masalah yang tidak  bisa dipecahkan sendirian, namun memerlukan kolaborasi dengan orang lain. Konsep ini dalam konteks pembelajaran kontekstual menyarankan bahwa pencapaian pembelajaran sebaiknya melibatkan kerja sama dengan orang lain. Kerja sama tersebut berlangsung dalam berbagai kelompok belajar formal maupun dalam situasi alamiah. Pembelajaran dipandang sebagai proses saling berbagi pengalaman antara teman sekelas atau antar kelompok, di mana pengalaman yang dimiliki oleh satu individu bisa dibagikan kepada yang lain. Dalam konteks ini, masyarakat belajar menyarankan agar pembelajaran didapat melalui kolaborasi. Oleh karena itu, dalam pembelajaran kontekstual, disarankan agar guru memfasilitasi pembelajaran dalam kelompok belajar. Pembelajaran ini bisa terwujud melalui komunikasi dua arah.
5. Pemodelan
Modeling adalah proses di mana suatu tindakan atau keterampilan ditampilkan sebagai contoh yang dapat ditiru siswa. Contohnya, guru PAI memperagakan gerakan sholat, guru olahraga menunjukkan gerakan senam, atau guru seni menampilkan gerakan tari. Proses ini tidak terbatas pada peran guru, tetapi melibatkan siswa yang memiliki kemampuan tertentu. Sebagai contoh, seorang siswa yang mahir dalam membaca Al-Quran menunjukkan kepada teman-temannya cara membaca Al-Quran dengan baik sesuai dengan tajwidnya, sehingga siswa tersebut menjadi contoh bagi yang lain. Konsep modeling menjadi sangat penting dalam pembelajaran kontekstual karena melalui modeling, siswa dapat menghindari pembelajaran yang terlalu teoretis dan abstrak. Dalam konteks pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model yang ada. Pemodelan juga dapat melibatkan peran siswa sebagai model yang memberikan contoh untuk ditiru oleh yang lain.
6. Refleksi
merupakan proses dimana seseorang meninjau kembali pengalaman yang telah dialami, dengan tujuan untuk mengidentifikasi pelajaran yang diperoleh dari peristiwa tersebut. Melalui refleksi, pengalaman belajar tersebut dapat disusun dan dimasukkan pada struktur kognitif siswa, sehingga menjadi pengetahuan yang dimilikinya. Proses ini memungkinkan siswa untuk memperbarui atau memperluas pengetahuan mereka melalui pemikiran kritis tentang pengalaman yang telah mereka alami.
7. Penilaian  Nyata
Dalam pembelajaran tradisional yang umum dilakukan guru, fokus utamanya adalah pada perkembangan intelektual sehingga sering kali terbatas untuk menilai sejauh mana siswa memahami materi . Dalam pembelajaran kontekstual, keberhasilan siswa tidak dinilai dari kemajuan aspek intelektual, tetapi juga dari perkembangan keseluruhan siswa. Oleh karena itu, penilaian keberhasilan tidak hanya bergantung pada hasil tes, tetapi juga melibatkan penilaian langsung terhadap proses pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H