Salah satu materi Bahasa Jawa kelas 10 adalah teks wayang. Materi tersebut berfokus pada teori unsur intrinsik dan ekstrinsik teks wayang. Namun hemat penulis, belajar materi teks wayang akan lebih mudah apabila siswa memahami objek teks, yakni wayang. Maka pada tahun kedua penulis mengajar di SMA, materi teks wayang berfokus pada mengenal, memahami dan mencintai wayang itu sendiri.
Wayang secara harfiah berarti bayangan (ayang-ayang). Pagelaran wayang memang menonton bayangan dari boneka kulit itu sendiri. Â Orang yang memainkan wayang dikenal sebagai dalang. Kisah-kisah wayang berasal dari dua cerita epos yakni Mahabrahata dan Ramayana. Pada setiap pagelaran, dalang bercerita sesuai lakon yang paling menarik dari dua epos tersebut.
Mari kembali pada pembelajaran teks wayang yang penulis terapkan. Pada pertemuan pertama, penulis menyampaikan tentang sejarah, asal-usul dan kegunaan wayang dengan ringkas. Siswa bebas bertanya tentang materi wayang yang sudah disampaikan.
Pengalaman penulis pada saat penyampaian materi wayang, adalah perasaan bangga karena siswa generasi Z masih mengenal wayang. Sebelumnya penulis tidak berani berekspektasi tinggi karena, 1) Sekolah yang diampu penulis berada di kota, 2) Pagelaran wayang jarang ditemui, dan 3) Bahasa yang digunakan dalam pagelaran wayang berbeda dengan bahasa jawa sehari-hari.
Namun ternyata, pada form evaluasi pembelajaran Bahasa Jawa, ada 92 anak menyukai materi wayang dibandingkan dengan 5 materi lain.
Tidak bisa dipungkiri, film Mahabharata efektif meningkatkan pemahaman siswa pada cerita-cerita wayang. Banyak siswa mengikuti serial Mahabharata itu sehingga penulis lebih mudah menceritakan seluk beluk wayang. Dialog interaktif antara penulis dengan siswa juga terbangun selama materi wayang ini.
Pada pertemuan kedua, penulis menceritakan tokoh Punakawan. Punakawan sebenarnya buatan langsung oleh para Wali Sanga. Pada epos Mahabharata asli India, yang tertulis hanya Semar. Lalu, cerita Mahabharata gubahan para Wali ini menambahkan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Penulis menjelaskan filosofi, bentuk tubuh dan peran setiap Punakawan dalam dunia pewayangan.
Setelah menyampaikan materi Punakawan, penulis membagikan selebaran gambar Punakawan agar siswa dapat mengingat karakternya. Penulis lalu memanggil satu per satu siswa menuju ke depan. Penulis menyiapkan 10 gambar punakawan dan siswa dipersilakan menunjuk nama, filosofi dan peran tokoh tersebut.
Penulis berharap, siswa dapat mengenal dengan baik tokoh Punakawan yang merupakan ciptaan khas Indonesia. Selain itu, siswa juga memahami filosofi dan peran Punakawan dalam cerita wayang.
Penulis mengampu 10 kelas dengan menggunakan metode pembelajaran wayang yang sama. Metode pembelajaran ini meningkatkan pemahaman siswa pada cerita wayang, menumbuhkan kesadaran siswa terhadap eksistensi wayang dan mengajak siswa melestarikan wayang.