Mohon tunggu...
Rifda Anggraini
Rifda Anggraini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN MALANG

Seorang Mahasiswa UIN MALANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menghadapi Tantangan Pariwisata Modern dengan Big Data Analytics

24 September 2024   22:48 Diperbarui: 24 September 2024   22:49 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pariwisata Modern (Sumber : Freepik.com)


Menghadapi Tantangan Pariwisata Modern dengan Big Data Analytics


Dalam era yang semakin didominasi oleh teknologi, penggunaan Big Data Analytics (BDA) di berbagai sektor telah menjadi sebuah keniscayaan. Salah satu sektor yang mendapat perhatian besar dari penerapan BDA adalah pariwisata berkelanjutan. Menurut sebuah studi komprehensif oleh Agrawal et al. (2022), teknologi ini menawarkan solusi yang signifikan untuk mengurangi dampak lingkungan negatif dari pariwisata sekaligus meningkatkan pengalaman dan kepuasan wisatawan. Studi ini mengkaji 187 artikel yang relevan dari tahun 2005 hingga 2021, dengan fokus pada bagaimana BDA dapat diterapkan untuk membuat sektor pariwisata lebih ramah lingkungan dan efisien.

Pariwisata global, seperti yang kita ketahui, berkontribusi secara signifikan terhadap ekonomi banyak negara. Menurut data dari World Travel & Tourism Council (2020), sektor pariwisata mempekerjakan 330 juta orang di seluruh dunia dan menyumbang 10,3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) global. Namun, di balik kontribusi ekonomi yang besar ini, pariwisata juga menyisakan jejak karbon yang signifikan. Peningkatan perjalanan wisata menyebabkan konsumsi energi yang lebih besar dan degradasi lingkungan. Oleh karena itu, integrasi teknologi seperti BDA ke dalam pengelolaan pariwisata menjadi semakin mendesak.

BDA memiliki potensi untuk membantu memecahkan tantangan ini dengan mengoptimalkan sistem perjalanan, mengurangi konsumsi energi, serta menawarkan solusi berbasis data untuk pengelolaan destinasi wisata yang lebih baik. Misalnya, penggunaan data GPS oleh sektor pariwisata telah memungkinkan pemetaan pola perjalanan wisatawan secara lebih akurat, yang pada gilirannya memungkinkan pengelolaan destinasi yang lebih efektif (Agrawal et al., 2022). Oleh karena itu, penting bagi para pemangku kepentingan di sektor ini untuk mempercepat adopsi teknologi ini guna mencapai tujuan pariwisata berkelanjutan.

***

Penerapan Big Data Analytics (BDA) dalam sektor pariwisata berkelanjutan menawarkan banyak peluang, namun adopsinya belum sepenuhnya dieksplorasi. Berdasarkan penelitian Agrawal et al. (2022), terdapat tren positif dalam penggunaan BDA sejak tahun 2016, di mana publikasi terkait BDA dan pariwisata meningkat drastis dari hanya 11 artikel pada tahun 2016 menjadi 56 artikel pada tahun 2021. Ini menunjukkan peningkatan minat akademisi dan praktisi terhadap potensi BDA dalam mengatasi berbagai masalah dalam pariwisata, khususnya terkait dengan keberlanjutan.

Salah satu penerapan BDA yang paling signifikan adalah dalam pengelolaan hotel dan perencanaan transportasi wisata. Agrawal et al. (2022) mencatat bahwa 35% publikasi yang ditinjau dalam studi mereka berasal dari jurnal Sustainability (Switzerland), yang menyoroti betapa pentingnya BDA dalam meningkatkan keberlanjutan di sektor hotel dan perjalanan. Hotel-hotel yang mengadopsi BDA dapat memprediksi preferensi pelanggan dengan lebih baik, mengurangi pemborosan sumber daya, dan menawarkan pengalaman yang lebih personal kepada tamu. Misalnya, dengan menganalisis data ulasan online, hotel dapat mengetahui area yang perlu ditingkatkan, seperti layanan kamar atau fasilitas lingkungan, yang secara langsung berdampak pada kepuasan tamu.

Selain itu, transportasi merupakan elemen penting dalam pariwisata, dan peningkatan transportasi berkelanjutan melalui BDA bisa menjadi solusi untuk mengurangi dampak lingkungan. Studi ini mencatat bahwa 10,3% dari emisi karbon dunia berasal dari sektor pariwisata, sebagian besar disebabkan oleh transportasi. Penggunaan data besar untuk memantau dan mengoptimalkan pola perjalanan wisatawan dapat mengurangi konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan. Salah satu contohnya adalah penggunaan kartu pintar dan GPS dalam transportasi umum yang dapat membantu mengurangi kemacetan dan meningkatkan efisiensi perjalanan.

Lebih jauh lagi, BDA memungkinkan analisis kolaboratif lintas negara. Data penelitian menunjukkan bahwa Cina memimpin dalam penelitian ini, dengan 52 artikel yang dikontribusikan oleh peneliti dari negara tersebut. Kolaborasi antara akademisi dari berbagai negara juga semakin meningkat, yang menunjukkan bahwa isu keberlanjutan dalam pariwisata bukan hanya masalah lokal, tetapi global. Analisis bibliometrik dalam penelitian ini menegaskan bahwa topik seperti manajemen pariwisata berkelanjutan dan efisiensi energi melalui BDA menjadi tren yang terus berkembang.

Dengan potensi ini, pertanyaannya adalah: mengapa adopsi BDA dalam pariwisata berkelanjutan belum meluas? Jawabannya terletak pada beberapa tantangan, termasuk keterbatasan infrastruktur teknologi dan rendahnya kesadaran pelaku industri pariwisata tentang manfaat BDA. Selain itu, biaya adopsi teknologi canggih ini sering kali dianggap sebagai penghalang, terutama bagi negara-negara berkembang yang mungkin tidak memiliki anggaran untuk investasi teknologi semacam itu. Namun, dengan meningkatnya kesadaran global akan pentingnya keberlanjutan, diharapkan adopsi BDA akan menjadi standar dalam pengelolaan pariwisata di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun