Sinar matahari pagi mulai membangunkanku, kicau burung seakan -- akan memberiku semangat pagi untuk memulai hariku. Namaku Asuna, aku bersekolah di salah satu sekolah swasta di Jakarta. Tak pernah ku sangka, di sekolah ini aku akan mempunyai sahabat yang sangat berarti bagiku. Dia bernama Raysha. Raysha sangat baik, cantik, dan juga pintar. Aku memang baru mengenalnya, akan tetapi dengannya hariku sangat indah.
Setiap jam istirahat kami selalu menghabiskan waktu bersama. terkadang bersamanya membuatku menjadi seseorang yang gila, kami selalu melakukan hal -- hal kecil yang dapat membuatku bisa tertawa lepas. Aku dan Raysha bermain bersama tanpa adanya gadget, kami selalu bermain petak umpet, congklak, ataupun yang lainnya.Â
Hal sederhana inilah yang membuatku selalu merasa menjadi bagian dari hidupnya. Aku sering bermain di rumahnya, menghabiskan waktu di rumahnya. Begitupun dengan dia, dia selalu bermain di rumahku. Sehingga orangtuaku menganggapnya sebagai anaknya sendiri.
Tepat hari ini, aku dan Raysha bersahabat selama 3 tahun. Tidak seperti tahun -- tahun yang sebelumnya. Tiba -- tiba dia berubah, dia melupakan semua kenangan yang kami bangun bersama. Dia melupakanku layaknya seseorang yang tidak pernah mengenalku sama sekali.
Pagi -- pagi sekali ku temui dia di taman sekolah dengan membawa dua buah coklat. Ku tepuk pundaknya "Selamat hari persahabatan, Raysha" sahutku. Dia menoleh dan melihatku. Tak ada jawaban dari ucapanku. Dia hanya tersenyum kecil dan beranjak dari tempat duduknya. Aku berusaha bersikap biasa atas perlakuannya tersebut. "Mungkin dia sedang banyak masalah," pikirku.
Hari berlalu begitu cepat, tetapi Raysha tetap saja seperti itu. Dia selalu menyendiri, tidak ada lagi canda gurau bersamanya. Hingga hari ini, kubulatkan tekadku untuk menemuinya sepulang sekolah.
 "Teeet..Teet...Teet..." bel sekolah berbunyi menandakan waktu untuk pulang sekolah. Aku berlari menemui Raysha dan berbicara dengannya.
"Raysha, ada apa denganmu? Akhir -- akhir ini kamu selalu menyendiri, kamu punya masalah? Ayo cerita kepadaku barangkali aku bisa membantumu" tanyaku.
"Iya, aku punya masalah" ujarnya.
"Apa masalahmu Ray?" tanyaku lagi.
"Masalahku adalah kamu!"