Mohon tunggu...
Rifaun Naim
Rifaun Naim Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Dinamis, komunikatif, dapat dipercaya, bisa di temui di http://www.karyafauns.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mahasiswa Bersikap, Mahasiswa Memilih Pemilukada Bojonegoro

18 Februari 2013   09:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:07 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama : Ahmad Anfasul Marom 1

Pilkada bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat, begitu halnya dengan mahasiswa. Mahasiswa memiliki peran sebagai agent of change atau pelaku perubahan, yang menjadi fungsi bagi generasi muda untuk berbagi segala konsep baru, ide-ide segar atau pun hal-hal yang mampu membawa manfaat bagi masyarakat umum. Ketika berbicara mengenai pilkada, apa yang menjadi persoalan? Tiap-tiap individu akan memiliki berbagai macam pandangan dengan kepentingan yang berbeda-beda. Tak sedikit pula yang menjadikan momen pilkada ini sebagai arena kambing hitam oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab.

Disinilah mahasiswa diharapkan dapat membaca konteks yang ada. Sehingga timbul satu pertanyaan, ketika bagaimana kemudian mahasiswa membaca ulang potensi. Potensi lokal yang harusnya bisa dikembangkan, lantas kemana pula arah kebijakan pembangunannya, ke arah industrialisasi kah? Atau sektor SDA-nya ? Ketika pada realitanya, contoh studi kasus seiring dengan banyaknya penyempitan lahan yang terjadi pada sektor pertanian, perkebunan ataupun kehutanan yang kemudian diarahkan pada pembangunan perumahan, pertokoan atau bahkan galian minyak baru.

Hal seperti inilah yang harus kita kawal kebijakannya. Otonomi daerah menuntut untuk bisa bersaing dalam pengembangan potensi lokal. Sejauh ini Bojonegoro sedang membangun image-nya sebagai kota minyak, mampukah? Yang patut kita cermati bersama bahwa disamping kekayaan yang diperoleh juga didapat kerusakan lingkungan. Mau tidak mau ini lah yang harus dijalani. Bentuk kelonggaran kontrak 30 tahun harus dikawal jangan sampai menjadi lahan kelompok tertentu. Seperti segelintir contoh yang ada di masyarakat sekitar ladang minyak, mereka diberikan bibit pohon untuk melakukan reklamasi yang seharusnya bibit tersebut gratis tetapi kenyataannya diperjual belikan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Kontrol mahasiswa membaca peluang diperlukan untuk menjaga emas putih agar kelak dapat memperbaiki segala sektor  yang ada . Dengan ketenaran minyak, seharusnya menjadi peluang untuk mengangkat potensi dari sektor lain. Mencuatnya emas putih adalah momentum yang tepat untuk menonjolkan potensi yang lain, sehingga sangat disayangkan jika hanya berfokus pada “emas putih” karena kita memiliki potensi yang amat luar biasa.

Bagaimana pendidikan politik di masyarakat? Masyarakat dituntut untuk mampu melihat karakter pemimpin yang akan dipilihnya sesuai dengan kapabilitas dan tata cara pemilihannya. Bojonegoro telah memiliki 5 calon yang diusung dengan masing-masing partai yang berbeda. Kelima pasangan calon tersebut adalah :

  1. Drs. H. Suyoto, M.Si – Drs. Setyo Hartono, MM. (dicalonkan oleh Partai Amanat Nasional, Partai Gerindra, dan Partai Demokrat);
  2. Dr. HM. Thalhah, SH., M.Hum. – Budiyanto (dicalonkan oleh Partai Golongan Karya dan Partai Karya Peduli Bangsa);
  3. H. Moh. Choiri, SH., M.Si. – Drs. H. Untung Basuki, M.Si. (dicalonkan oleh Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Nasional Ulama, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Nasional Benteng Kerakyatan, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia).
  4. Drh. Sarif Usman – Dra. Hj. Syamsiah Rahim, MM. (Perseorangan);
  5. Dr. Hj. Andromeda Qomariah, Dra. MM. – Ir. Sigit Budi Ismu Hariyanto (Perseorangan).

Setiap partai memiliki cara pandang dan frame yang berbeda. Banyak pihak dari berbagai lapisan menyuarakan kepentingannya. Semua stakeholders yang berkepentingan terhadap suksesnya pilkada tentu punya harapan yang sama yaitu pelaksanaan pesta demokrasi lokal dapat berjalan damai, bermutu dan menerapkan asas yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (luber dan jurdil ). Perubahan demi perubahan dalam konteks keadilan dan kemakmuran rakyat akan sangat bergantung pada sukses tidaknya pilkada. Dalam hal ini terpilihnya kepala daerah dan wakil kepala daerah secara beradab dan damai akan mempengaruhi legitimasi pemerintahan daerah. Oleh karena itu, pada tahap berikutnya, stabilitas politik nasional pun diharapkan akan senantiasa terjaga. Namun dalam realitanya terbukti masih banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan, segala macam cara dilakukan untuk mendapatkan kekuasaan. Mulai dari politik uang hingga kiat saling menjatuhkan, bahkan tim sukses pun bisa menjatuhkan calonnya.

Lantas bagaimanakah mahasiswa bersikap? Mahasiswa memilih? Ada beberapa titik point yang ditemukan, ada aksi dan reproduksi. Bukan sekedar aksi, namun reproduksinya juga harus dilakukan. Ada titik strategis dalam momentum pas pilkada ini, yakni bagaimana mahasiswa yang sebagai social of control dapat mengkawal berlangsungnya pilkada langsung yang memenuhi standar kualitas maksimal.

Selamat berpesta demokrasi dan menentukan pilihan?Catatan :

Ahmad Anfasul Marom adalah Dosen Fakultas Syariah UIN (Universitas Islam Negeri) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beliau memperoleh gelar Masternya dengan tesis Shari’a and Politics in Indonesia: the Application of Shari’a Regional Regulation after the New Order di bawah  program beasiswa TIYL (The Indonesian Young Leaders, 2009) Universitas Leiden, Belanda.

(Departemen Kajian Srategis IMAGO)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun