Mohon tunggu...
Rifa Farida
Rifa Farida Mohon Tunggu... -

Hanya wanita bumi yang hidup di akhir zaman :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

All About Muslimah

23 November 2011   12:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:18 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

Pada setiap lesat pandang, pada setiap apa yang terdengar, pada setiap nafas yang terhembus, pada setiap laku yang tercipta, pada setiap kata yang terucap, pada setiap niat yang terdetik, pada setiap lintasan pikiran. Pada semua hal yang ada dalam kehidupan kita. Demi DIA yang maha detail lagi maha lembut. Maha melihat lagi maha cepat hitungannya. Sungguh, semuanya pasti akan  dimintai pertanggung-jawaban. Tak kan ada yang lolos meski hanya sebesar biji zarah. Demi masa, sesunngguhnya manusia dalam kerugian.

Akhwat… kaifa imanuk?

Semoga keimanan itu masih tetap menghujam kuat didalam dada. Yang menjadi batas pembeda nyata dan jelas, memaknai setiap yang ada dalam kehidupan manusia. Jika engkau tak beriman, maka Allah telah menyebutmu kafir dan menjadi bagian orang-orang yang sesat, orang-orang yang dimurkai.

Sesungguhnya kita berlindung dari kekafiran. Inginnya, kita tetap dalam keimanan. Mestinya, keimanan memparalelkan ketaatan. Seharusnya, hasil akhirnya adalah  takwa. Dan nyatanya kita? Sudah bertakwakah? Sejauh mana komitmen keimanan itu, sejauh mana komitmen ketaatan itu? Sejauh mana komitmen kita dengan anugerah kemuslimahan ini?

Ceritanya menutup aurat dengan sempurna, nyatanya juga disisipi sifat riya’ di balik bagusnya pakaian. Nampaknya shaum sunnah telah menjadi kewajiban diri, nyatanya menjadi tanda eksistensi bahwa standar akhwat memang begitu, oh, ceritanya biar tetap disebut akhwat. Tilawah rutin tanpa merutinkan peningkatan pemahaman pada apa yang di baca. Hafalan jalan karena harus setoran setiap akhir pekan, atau iqab menanti dan gengsitifitas turun di mata murabbiyah. Begitukah? Semoga saja tidak!

Maka tetaplah pada kelurusan niat, atau semua yang kau lakukan hanya berakhir dengan sia-sia belaka. Memetik amal tak bermakna yang tak seberapa pula.

Demi masa, sesunngguhnya manusia dalam kerugian, melainkan yang beriman dan beramal shaleh.

Sudah tahukah engkau bagaimana amal shaleh itu?   Kita lihat lagi; beriman dan beramal shaleh. Menjadi serangkai kalimat yang dengan kata penghubung “dan” bukan “atau”. Itu artinya engkau tak bisa hanya memilih salah satunya. Maka lakukan keduanya bersamaan. Karena manifestasi dari iman adalah amal.  Jadi, mari  “menikahkan” antara niat dan laku, dengan rujukan shahih Al Qur’an dan Sunnah. Melahirkan banyak amalan sholeh dalam kawal ketat menurut syari’atNya. Berimanlah dan pararelkan keimanan kita dalam tutur dan laku.

Tak  hanya itu. Sebab tegas ayatNya turut serta memaparkan, bahwa tak dibiarkan siapapun mengatakan beriman, kecuali IA akan mengujinya. Ya, ujian.

Sungguh, kita berlindung dari kekafiran dan inginnya tetap berada dalam keimanan. Begitukan? Keimanan yang akan dibenturkan dengan ujian. Sadari ini diawal mula dan jangan pernah lagi mengeluh pada apapun yang datang menyambangi hidupmu. Jangan pernah mengeluh pada kehidupan! Karena ini jalan yang kita ingini. Sebaliknya, komitmenlah dengan apa yang sudah kita ingini. Atau boleh jadi engkau langsung masuk kotak dalam golongan orang yang disebut-sebut pada surat Ash Shaff

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun