Mohon tunggu...
Rifan Abdul Azis
Rifan Abdul Azis Mohon Tunggu... Penulis - duduak samo randah tagak samo tinggi

duduk sama rendah berdiri sama tinggi

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengeluarkan Ridwan Kamil dari Zona Nyaman Pencitraan

15 Oktober 2016   17:55 Diperbarui: 19 Desember 2016   14:35 59440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ridwan Kamil alias RK alias Kang Emil adalah walikota Bandung yang bagaikan seorang artis. Bahkan bukan hanya artis di Bandung tapi juga di Indonesia. Pembangunan fisik material yang dilakukannya diekspose ke seluruh Indonesia bahkan dunia karena kemarin ada konferensi Asia Afrika. Warga Bandung merasa bangga kerenanya. Ridwan Kamil-pun telah menjadi walikota tercinta. Terutama di kalangan anak muda. 

Ridwan Kamil tentu akan berusaha menjaga citra baik ini. Salah satunya dengan dekat kepada masyarakat lewat medsos. Pandangan masyarakat terarah kesana dan makin terlihatlah seolah-olah Ridwan Kamil seorang walikota yang dekat dengan warganya. Namun bila kita lihat secara jeli dan teliti Ridwan Kamil sebenarnya sedang melakukan kalau istilah media bilang framing atas dirinya sendiri. Ditambah dengan dukungan cyber army yang buta politik, buta intelektual, dan fanatik buta, kontrol sosial pun ter-framing-kan sehingga banyak yang lupa kalau ada segudang masalah Bandung yang serius yang bila di ekspose bisa membuat citra Ridwan Kamil berkurang, bahkan jatuh. 

Bukan hanya itu, kita khususnya yang tinggal di Bandung jarang melihat Ridwan Kamil hadir dalam acara-acara yang membahas permasalah kota Bandung yang serius yang menyangkut warga yang dimana bisa dibilang warga tersebut dirugikan seperti di daerah Gedebage dan Ledeng. Bahkan tidak jarang teman-teman mahasiswa idealis sulit sekali bertemu dengan Ridwan Kamil untuk membahas permasalahan pembangunan kota Bandung yang sebenarnya kontraproduktif ini, Ridwan Kamil memilih menghindar bila diundang. Ridwan Kamil lebih suka hadir dalam acara-acara yang sifatnya hedon, suka-ria, dan senang-senang. Acara-acara intelektual kritis politis jarang bahkan mungkin tidak pernah dihadiri oleh Ridwan Kamil demi menjaga citranya dimata warga. 

Bila kita ingin ekspose sedikit saja tentang Bandung yang terlupakan, dari mulai masalah yang paling terlihat saja dulu, yaitu kemacetan. Sudah tiga tahun Ridwan Kamil memimpin, kemacetan di Bandung makin parah bukan main. Dari Buah Batu ke Taman Sari Sabuga ITB yang berjarak 8 KM saja, harus ditempuh selama tiga jam bila sedang mecet parah. 

Lalu yang terbaru adalah pengadaan alat fitness DPRD yang sampai 700 Juta. Apa yang ada di pikiran Ridwan Kamil sehingga menanda tangani APBD yang didalamnya ada pos pengadaan alat fitness anggota dewan sampai 700 juta? rincinya adalah sekitar Rp 697.711.850-, sungguh masyarakat harus kritis menilai ini. Masyarakat jangan hanyut dalam framing Ridwan Kamil yang melenakan. 

Lalu pembangunan dengan konsep Public Private Partnership (PPP/kerjasama pemerintah dengan swasta) dengan nilai kurang lebih Rp60 triliun. Diantara bentuk PPP adalah Build Operate Transfer (BOT) dan Build Operate Operation (BOO). BOT dan BOO adalah kontrak antara instansi pemerintah dan badan usaha/swasta (special purpose company), dimana badan usaha bertanggung jawab atas desain akhir, pembiayaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan sebuah proyek investasi bidang infrastruktur selama beberapa tahun; biasanya dengan transfer aset pada akhir masa kontrak. Umumnya, masa kontrak berlaku antara 20 sampai 30 tahun. 

Perbedaan BOT dan BOO adalah jika BOT setelah masa kontrak habis aset akan dikembalikan ke pemerintah dan jika BOO setelah masa kontrak habis tidak dikembalikan ke pemerintah. Dalam berita terbaru Ridwan Kamil menggandeng investor asing dari Singapura untuk pembangunan transportasi LRT dan juga rencana menggaet investor asing lainnya untuk proyek 'wisata halal'. 

Dengan PPP ini swatsa akan berfungsi sebagai pemerintah dalam bidang terntentu dan dalam jangka waktu tertentu yaitu 20-30 tahun. Dampak dari PPP ini bukan main bila kita ingin berpikir mendalam. Yang pertama yaitu pergeseran fungsi pemerintah, semakin sulit dan mahalnya akses layanan publik bagi masyarakat karena diserahkan kepada swasta, tingginya biaya hidup dan biaya produksi karena semua berbayar sehingga produk lokal makin tidak kompetitif, impor barang produk luar akan membanjiri Bandung, sektor riil atau industri akan mati suri, digantikan dengan sektor hiburan. 

Baca Juga: Banyak Begal, Pembangunan Manusia di Kota Bandung Dipertanyakan

Lalu yang tadi pertama penulis sebutkan di daerah Ledeng, yaitu pembangunan Sahid Cleveland Condotel yang membabat kawasan lindung. Pemkot Bandung jelas melakukan tindak pidana bila mengizinkan pembangunan tersebut.  

Sumber Data: Lampiran Peta Perda No. 18 tahun 2011
Sumber Data: Lampiran Peta Perda No. 18 tahun 2011
Daerah Ledeng itu daerah kampus penulis, itu daerah mahasiswa. Tapi kemana suara mahasiswa? kebanyakan dari mereka terlelap sekarang dalam dinamika hidup yang remeh-temeh menikmati kondisi kota Bandung yang semakin hedon dan melenakan anak-anak muda penikmat kehidupan dunia, mereka lupa fungsi dan peran mereka. Namun tentu masih ada mahasiswa yang kritis idealis, tapi justru Ridwan Kamil malah menghindar darinya dan mendekat pada mahasiswa yang terlelap tersebut. Tidak jarang penulis melihat berbagai pergerakan mahasiswa demo di pusat kota Bandung namun jumlahnya hanya hitungan jari, tidak dianggap lagi-sungguh miris sekali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun