Mohon tunggu...
Rifan Oktafianto
Rifan Oktafianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya penulis biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Operasi Seroja 1975-1976 Invasi Militer Terbesar di Zaman Soeharto

29 April 2023   09:12 Diperbarui: 29 April 2023   09:29 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Invasi Indonesia ke Timor Timur ataupun biasa disebut dengan Operasi Seroja merupakan gerakan militer yang dilakukan Indonesia pada tanggal 7 Desember 1975 sampai 17 Juli 1976 di wilayah Timor Timur (sekarang Timor Leste). Dengan kekuatan 35.000 pasukan dari ketiga matra TNI, membuat operasi ini menjadi operasi militer terbesar kedua setelah operasi Trikora (1961-1962) sekaligus yang terbesar dimasa pimpinan presiden Soeharto.

Sebenarnya gerakan militer ini juga termasuk kedalam Proxy War/Perang Dingin antar Amerika Serikat dan Uni Soviet, karena dalam operasi ini Indonesia mendapatkan bantuan persenjataan dari negara-negara Barat dan para milisi Timor Timur mendapatkan dukungan dari negara-negara komunis. 

Pada awalnya kepulauan Nusantara Tenggara memiliki dua kekuasaan yang berbeda. Wilayah Timor Timur/Timor Leste merupakan daerah koloni Portugis Timor Portugis dan wilayah Timor Barat merupakan daerah koloni Belanda. Setelah Indonesia merdeka dan seluruh wilayah bekas koloni Belanda menjadi milik Indonesia sepenuhnya pada tahun 1950, hanya wilayah Timor Timur yang masih menjadi bagian dari koloni Portugal/Portugis. Namun, keadaan tersebut berubah setelah terjadi Relovusi Anyelir di portugal pada 25 April 1974. 

Presiden Portugal saat itu, presiden Snipola mengeluarkan perintah untuk melepaskan daerah koloni-koloni mereka (dekolonisasi). Hal ini membuat wilayah Timor Timur mengalami kekosongan kekuasaan dan malah menimbulkan masalah baru, yakni perebutan kekuasaan oleh beberapa partai politik. 

Partai politik yang memperebutkan kekuasaan diantara adalah Partai Apodeti (Pro integrasi Indonesia), Partai Fretilni (Pro kemerdekaan-Komunis), dan Uni Demokrat Timur/UDT (pro kemerdekaan-demokratis). Setelah melakukan pertempuran milisi dengan UDT selama 3 minggu, pada akhirnya Partai Fretiln mendeklarasikan kemerdekaan Republik Demokratik Timor Timur pada 28 November 1975. Fretilin juga meresmikan kabinet beranggotakan 18 orang sekaligus melantik Xavier do Amaral, sebagai presiden dan Nicolau dos Reis Lobato sebagai wakil presiden dan perdana menteri. 

Nyatanya Deklarasi Fretiln kurang mendapatkan dukungan dari masyarakat lokal dan internasional, sehingga membuat Partai-partai Timor Timur lainnya, seperti UDT, Apodeti, KOTA, dan Trabalhista melakukan Proklamasi tandingan di Balibo pada 30 November 1975. 

Peristiwa tersebut kemudian biasa disebut sebagai Deklarasi Balibo. Deklarasi Balibo sendiri menyatakan keinginan Timor Timur untuk bergabung dengan Republik Indonesia. Deklarasi ini langsung didukung oleh Indonesia dan negara-negara Barat karena khawatir negara Timor Timur akan menjadi negara komunis dibawah pimpinan Fretiln. Untuk mendukung Deklarasi Balibo presiden Soeharto langsung memerintahkan melakukan kampanye militer untuk membebaskan Timor Timur dari kepemimpinan Fretiln. 

Pada tanggal 7 Desember 1975 Operasi Seroja resmi dijalankan, serangan dimulai dengan menembakan beberapa artileri ke arah benteng pertahanan Fretilin di sebelah timur dan barat Kota Dili melalui kapal-kapal perang dan menurunkan pasukan di daerah pantai utara Dili. Di malam harinya, Dili sudah berhasil dikuasai oleh tentara Indonesia dan milisi Fretilin terpaksa untuk mundur ke arah perbukitan dan gunung untuk melakukan perang gerilya. Tiga hari kemudian, kota Baucau berhasil direbut oleh militer Indonesia.

Meskipun mengalami progres yang cepat diawal, pasukan Indonesia nyatanya mengalami kendala dalam pertempuran gerilya dari tentara Fretilin yang terlatih. Oleh karena itu, Indonesia meminta bantuan persenjataan dari negara-negara Barat seperti rudal kapal dari Australia, kapal selam dari Jerman, dan pesawat perang dari AS. Dengan tambahan pasukan dan peralatan canggih tersebut, pada 17 Juli 1976  tentara Indonesia berhasil membebaskan Timor Timur dari sisa-sisa milisi Fretilin yang tersisa. 

Operasi Seroja berjalan sekitar 7 bulan dan diperkirakan menelan korban sekitar 100.000-180.000 tewas/terluka yang terdiri dari tentara dan warga sipil dari pihak Timor Timur dan 1.000 pasukan tewas/terluka dari pihak Indonesia. karena keberhasilan operasi inilah, Timor Timur menjadi provinsi ke-27 Indonesia selama 23 tahun sampai akhirnya mereka melepaskan diri/merdeka ditahun 1999 dan mengganti nama menjadi negara Timor Leste. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun