mencangkul hari
ayah sepagi itu meneriakkan singkong bakar
ibu lekas menghidangkan kopi
sepagi itu juga anak-anak
bekeja keras
dua karung singkong menepi di tengkulak
seluruh anak hitam hidungnya tergores singkong bakar
aku tertingat pelajaran esde
si miun mencuri kerak
hitam hidungnya kena arang
sambutan pagi meriah
mimpi anak panggung dan kebun basah
berlari di atas pematang
tak terasa kaki digaris ujung daun padi
mengadukan gerah pada sungai
ikan-ikan berenang
goda kekanak; tangkap aku
membakar seadanya  di atas batu
kenikmatan terbit di angkasa
tapi sekarang itu di mana
pagiku umpatan
hidup di kotak kota
kehilangan desa cahaya
setelah dicuri
tambang-tambang memamah
kuali, gerah menikam
aku tak mungkin menemukan desa rindu pulang
ke mana aku  mengaut kenang
sekarang aku enggan pulang
kau telah mencurinya
Ujung Kata, 1019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H