Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kyai Kholil

3 Oktober 2019   12:40 Diperbarui: 3 Oktober 2019   13:08 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

"Siap, Kyai."

Maka saat naik ke mimbar,  kyai batuk-batuk. Sobri bertanya kepada nazir masjid, dimana dia bisa mengambil air minum. Ternyata air minum berada di  ruang kosong belakang masjid. Di situ sudah tersedia gelas berisi air, tanpa nampan dan tutup. Sobri hati-hati membawa minuman itu karena takut tumpah. Untunglah tugasnya selesai. Kyai memulai khutbahnya setelah dia meminum air pemberian Sobri.

Pulang ke pesantren, Sobri dipanggil kyai ke rumahnya. "Bri, pada saat kau mengambil minuman tadi, adakah jamaah yang bermain hape?" Sobri menggeleng."Mengobrol?" Lagi dia menggeleng. "Itu artinya seluruh jamaah khusyuk mau mendengar khutbah kyai, ya?"

"Bukan  Kyai. Saya tak melihat jamaah karena sedang fokus membawa minuman."

Mereka terdiam. Istri kyai keluar  membawa senampan pempek. Sementara itu mulut stop berbicara. Sekarang tugasnya  makan. Setelah kenyang, Kyai Kholil mengajak Sobri ke taman depan pesantren. Bunga-bunga sedang mekarnya. Kyai terkagum-kagum.  Akan hal Sobri masih menunggu ujung perkataan gurunya itu.

Melihat santrinya bingung,  Kyai Kholil  bertanya, "Tujuanmu ke mari apa?"

"Ingin memperdalam ilmu agama!"

"Maksud saya kau mau jadi apa."

Sobri cengengesan, "Mau jadi ustadz, Kyai."

"O, mau jadi ustadz, ya! Tahukah kau bahwa ini pelajaran berharga buatmu. Kalau ingin hidup tenang, jangan suka mengghibah."

Sobri terbelalak. "Orang itu kan salah, Kyai!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun