Luruh pekat. Itulah kopi ibu. Menjaga wangi itu kenyal. Aku tak ingin penungguan beraroma air mata. Hujan di luar tak mengabarkan dingin. Rinduku lepas dari kebatan. Kopi itu terasa legit. Dalam lengkung mata. Terselip iba. Aku bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa. Bagi ibu aku bermarwah. Setelempap beras kuning disiramkan ke rambutku. Aku pun padi. Rebah dipelukmu. Pada suatu saat kau suap. Aku bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa.
Ujung harap, 919
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!