Luruh pekat. Itulah kopi ibu. Menjaga wangi itu kenyal. Aku tak ingin penungguan beraroma air mata. Hujan di luar tak mengabarkan dingin. Rinduku lepas dari kebatan. Kopi itu terasa legit. Dalam lengkung mata. Terselip iba. Aku bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa. Bagi ibu aku bermarwah. Setelempap beras kuning disiramkan ke rambutku. Aku pun padi. Rebah dipelukmu. Pada suatu saat kau suap. Aku bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa.
Ujung harap, 919
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI