Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hujan Tak Datang Pagi Ini

29 September 2019   21:33 Diperbarui: 29 September 2019   21:45 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan hendak turun tadi pagi. Asap siap-siap menyingkir. Hujan lupa mengitung jejak. Langkahnya terganjal debu partikel. Aku malu merasa tertipu. Diam-diam kembali menggantung jemuran. Tukang es berwajah cerah. Teloletnya diportal anak-anak. Uangku koyak hari ini. Lima ribu. Harus menuruti pesan dokter, kurangi mengunyah asap. Aku puasa. Diluar masih bertabur asap yang belum dituai.

Anak-anak sudah membuka baju. Membakar dada. Mereka akan menari hujan. Bunyi telolet amat menggoda. Mereka menjilat-jilat salju. Untung tak jadi hujan.

Hujan tidak turun tadi pagi. Berharap kerja bhakti terhenti. Tapi harapku tumbuh di selokan bergumpal sampah, menyemak rumput. Jaga-jaga hujan datang. Banjir memasang badan.

Aku menyesap kopi yang kurang gula. Harga-harga naik. Tawaran hujan semakin tinggi. Hujan di mata anaku berharga murah. Esnya terhumbalang. Koyak pula uangku lima ribu. Puasa asap semakin lama. Diluar banyak asap. Tinggal diisap.

Ujung hujan, 919

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun