malam itu di Amigos
aku mencoba menganti lambung
ketoprak dan karedok berlabuh di jakun
aku mendengar kecempreng kaleng-kaleng
ah, anak-anak itu
melangkah seperti bangsawan
kataku bukan bangsa di awan
sekadar bangasap
bangsa di asap; burritto memanggangku
gadis  manis Jepang itu memberi lesung pipit
menawarkan taco salad
aku lupa jalan ke toilet ingin muntah
mataku belum biru
bangsa di asap sering hidup dari serpih ikan asin bakar
Amigos mendendangkan kehangatan
aku rindu keroncong dan gamelan
perempuan itu menyeduhku dengan dingin affogato
menyamankan dari  mabuk
warna rambutku belum pirang
gagal aku menjadi latin
logatku berhamburan; ini bukan di tanah Dainang
aku ingin pulang, menyesap kopi dan sejumput roti kering
mie Aceh mengabarkan pedas
oleh-oleh tanah kota pada dadaku
ternyata aku Indonesia, di tanah yang merdeka
sejumput kacang asin menutup rinduku
Ujung Cinta, 919
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H