Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Polemik Kabut Asap yang Membuat Sesak

13 September 2019   10:59 Diperbarui: 13 September 2019   11:07 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : mongabay

Kabut asap pagi ini semakin memabukkan kota Palembang. Jarak pandang  sebelum jam 06.30 WIB sekitar 100 m'.  Bau udara terasa menyesakkan dada, nyaris seperti rumput terbakar. 

Terpantau partikel-partikel halus yang menyambar di bawah lampu jalan. Hampir seluruh pengguna jalan, terutama yang mengendarai roda dua, mengamankan dirinya dengan masker. Kabut juga mengganggu lalu lintas udara. 

Biasanya sejak shubuh, sudah dua-tiga pesawat yang melintasi langit kota Palembang. Tapi, pagi ini  suara pesawat nyaris tak terdengar, baik yang landing maupun  take off. Hanya sekitar pukul 07.00 WIB baru terdengar suara pesawat melintasi Palembang.

Kabut asap ini selain mengganggu perputaran ekonomi (karena lalu lintas udara macet), juga membuat kesehatan warga terganggu, terutama pernapasan. Tercatat ada beberapa zat maupun partikel berbahaya yang beterbangan saat ada  kabut asap, seperti : karbon diokasida (CO2), nitrous oksida (N20), nitrogen oksida (Nox),  karbon monoksida (CO), krom (Cr), kadmium (Cd), dan nikel (Ni).

Apa yang terkandung dalam kabut asap tersebut sangat berbahaya terhadap manusia, terutama yang masih bayi. Jadi, ketika saya melihat seorang tua yang mendorong bayinya saat kabut asap masih menyungkup Palembang, hati saya menjadi sedih. Ingin menegur, saya takut akan menimbulkan permusuhan. 

Padahal kabut asap paling berbahaya bagi bayi, karena bisa menyebabkan meninggal dunia. Kendati bayi tidak sampai meninggal dunia, efek jangka panjang kabut asap bisa menyebabkan kanker paru-paru, penyempitan saluran pernapasan, pun penurunan fungsi paru-paru. Oleh sebab itu ketika kabut asap terjadi, seorang tua dilarang membawa bayinya ke luar ruangan. Efeknya lebih sangat berbahaya daripada terpapar asap rokok.

Mungkin bagi kita yang dewasa, dengan mempergunakan masker sederhana yang sering dibagikan di persimpangan-persimpangan jalan ketika terjadi kabut asap, kesehatan pernapasan kita tak akan terganggu. Padahal masker tersebut sama sekali tidak dapat menghalangi zat beracun yang terkandung dalam kabut. 

Masker yang dapat menghalangi zat tersebut masuk ke paru-paru kita adalah sekelas N9. Jadi, sebaiknya segala aktivitas di luar ruangan baik dewasa maupun bayi, harus dihindari, mengingat efek jangka panjangnya yang membahayakan bagi kita.

Solusi utama menghilangkan kabut asap adalah membunuh dari sumbernya. Maksud saya membunuh api yang membakar hutan dan lahat gambut. Pemerintah harus berjibaku untuk mengurangi kebakaran tersebut, baik dengan bom air yang semakin sering, maupun dengan hujan buatan. 

Sementara bagi masyarakat, harus hati-hati dengan hal bakar-membakar,  juga termasuk dengan memasak. Karena baru hari Rabu kemarin (11/9), terjadi kebakaran yang merusak rumah dan beberapa unit kendaraan di wilayah Sematang Borang, Kota Palembang. Penyebab utamanya karena kompor gas meleduk. Kemungkinan api cepat menjalar karena kemarau melanda Palembang sudah beberapa bulan ini.

Berdasarkan data yang diolah Walhi Sumsel dari citra satelit, pada Juli 2019 tercatat 42  hotspot Sumsel. Bulan Agustus 2019 naik menjadi 203 hotspot. Sementara pada awal minggu pertama Sepember 2019, telah tercatat  117 hotspot. Hotspot tersebar di Kabupaten Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Penukal Abab Lematan Ilir (PALI), dan Muara Enim. Sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun