Belakangan hari ini, tingkah Mang Julur menjadi-jadi. Kerjaannya sebagai ojek manual, mulai dikerjakan ugal-ugalan. Dari shubuh hingga pukul sebelas siang, dia memang bekerja seperti biasa. Tapi, pukul sebelas siang hingga maghrib, dia ngedem di warnet Bang Gubal.Â
Usut punya usut, tingkah barunya yang mengesalkan ini, karena dia diajari Mang Gubal bermain Facebook. Tidak itu saja, Mang Gubal merelakan fotonya dijadikan profil. Jadilah tampilan Mang Julur super keren dengan tubuh kekar.Â
Banyaklah cewek-cewek bening yang nyantol di akun Mang Julur. Sekarang saja dia ada selingkuhan yang cantik aduhay bernama Saodah. Mang Julur dibuatnya malas makan dan suka mengkhayal. Bik Nah yang dibuat susah, karena harus berjibaku membuat empek-empek agar dapur bisa ngebul.
Puncak tingkah Mang Julur adalah senja ini. Saodah mengajak ketemuan di rumahnya. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Mamang kita ini sudah kepalang rindu, hingga terjangkit malarindu. Maka dia kenakanlah baju batik, rambut dilumuri minyak goreng, dan tak lupa minyak sinyongnyong seribu bunga, yang baunya bisa menjangkau satu tikungan.
"Mau ke mana, Mang?" tanya Bik Nah. Lakinya sudah menyiapkan jawaban jitu, yakni menghadiri pesta sunatan di rumah Mang Biring.
"Yang sunat itu Mang Biring, ya?"
"Otak kau tarok mana, Bik? Habislah jatah istrinya. Yang sunat bukan Mang Biring, tapi anaknya!"
Dengan mulut manyun, Mang Julur menggeber motor. Tiba di persimpangan Jaalan Sudirman, dia menelepon Saodah, "Rumahmu di mana, Dek? Aku di persimpangan Jalan Sudirman."
"Masuk saja ke lorong sebelah kiri, Bang. Lurus aja sampai ujung."
Hati Mang Julur berbunga-bunga. Dia tak perduli lorong sempit, dan beberapa kali mencium pakaian di jemuran. Dia juga beroleh sumpah-serapah. Mamang satu ini hanya mesem-mesem. Telah hilang urat marahnya lantaran asmara.
"Hallo, aku sudah sampai ujung lorong. Rumahmu yang mana?"