Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kau Penidur

26 Agustus 2019   15:30 Diperbarui: 26 Agustus 2019   15:39 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kau yang telah meniduri pohon kota
trotoar membiarkan nyali langit kalap
memberangus kaki-kaki yang bergegas
dan kening berlipat menahan silau
keringat yang menetes tanpa sapaan

kau membiarkan tanah-tanah tanpa napas
jalan-jalan dipecundangi air
hujan malu-malu dan cemas meninggalkan langit
karena ke mana dia akan mengalir
ke rumah-rumah
ke kolong tempat tidur dan memakan semua perabot
memakan perut-perut yang kelaparan

kau yang telah meniduri kota
tubuhmu sangit
membiarkan kota hamil tanpa bapak
entah kemudian janin membrojol
kepada jelata melabuhkan
meratap-ratap

hujan tak akan berhenti
begitu banyak air mata
begitu saja kau telah lupa
mengalirkan cerita ke kali kecil
tempat ikan biasa bermain dadu
mengaduk mimpi perjudian

Ujung Kata, 819

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun