kau telah menjadi bapak
ketika parang tak bisa menebang
gunung-lembah tak perlu onak
biarlah keringat bersimbah darah
tak ada niat menyerah
kepada anak untuk diserah
kau menjadi hujan ketika panas parah
mengairi sawah mengupas gerah
agar semua berkah tak menjadi sepah
air mata ke mana tak perlu berkisah
biarlah disimpan sebagai cerita
dalam buku derita yang akan terbaca
ketika semua tiada hanya tinggal
alpa yang tiada terkira
bila bapak belajar dalam ruang membaca
ketika pintar dia keluar bekerja
susah payah mengukur derita
ketika  pulang dia hanya bendera
terkadang tak ingin turun  dan dikira
bila engkau belajar dalam ruang membaca
ketika pintar engkau keluar bekerja
susah payah merangkai cerita
ketika pulang harus sia menjadi perca
segala sela engkau sumpal hingga tak cela
segala kotor engkau seka hingga beda
peluh untuk keluarga
tangis untuk merdeka
ketawa untuk bersama
tetapi sekarang aku orang yang lupa
betapa tangan tak memberi derma
betapa pikir tak selau penuh dunia
ketika semua telah tiada
aku hanya bisa berdoa
semoga bisa berbagi pahala
agar kau tenang di alam sana
Ujung Kata, 819
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H