Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suami Pengangguran

31 Juli 2019   14:52 Diperbarui: 31 Juli 2019   16:50 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

Setahun setelah jalan bersama, kami pun menikah dengan perayaan yang sederhana. Otomatis Fay kuboyong ke rumahku. Sebab, Fay sebelumnya hanya mengontrak rumah, sedangkan aku memiliki rumah sendiri hasil menabung bertahun-tahun.

Betapa senangnya hati ini. Ternyata banyak kesulitan hidup terselesaikan dengan mudah setelah berdua Fay. Namun ada satu yang membuatku sangat kasihan kepadanya. Tempat kerja Fay di kota P, yang berjarak hampir seratus kilometer dari rumahku, membuatnya shubuh-shubuh sudah harus berangkat. Menjelang maghrib baru pulang dengan kondisi badan sangat letih. Kusarankan agar dia berhenti saja berbisnis dengan temannya, kemudian mencari pekerjaan yang layak dan tak jauh dari rumahku.

Dia setuju berhenti bekerja. Kemudian mulailah dicarinya pekerjaan yang dekat dengan tempat tinggal kami. Sayang, tentulah tak semudah itu mendapatkannya. Otomatis, Fay menganggurlah di rumah. Otomatis akulah yang menjadi tulang-punggung keluarga.

Kondisi tersebut berlanjut sampai berbulan-bulan. Meski terkadang dia mendapat objekan dari teman-temannya yang berlanjut hanya sehari-dua. Akibatnya, orangtuaku memperotes kondisi ini. Seharusnya Fay-lah yang mati-matian mencari duit. Bukan aku. Karena umumnya, perempuan hanya bertugas mengurusi keluarga, suami biarlah mencakar hidup di luar sana.

Hatiku gundah. Apalagi ibuku mengomentari bahwa Fay seorang pembual. Sebelum menikah denganku, Fay pernah bercerita bahwa dia seorang pengusaha yang memiliki bisnis cukup besar. Bahkan dia berencana menyuruhku berhenti bekerja.  Nyatanya, baru sebulan-dua memperistrikanku, dia sudah menganggur. Akulah yang dijadikan kuda beban.

Sebagai wujud kepedulian kedua orangtuaku, akhirnya mereka menyarankan agar aku membeli mobil pick-up saja. Biarlah Fay menyopir untuk membawa sayur-sayuran dari kampung menuju pasar di kota. Menurut mereka keuntungannya cukup berlipat.

Saran itu kuajukan kepada Fay. Alhamdulillah dia setuju. Motor bututnya dijual, lalu dibantu dengan tabunganku, akhirnya terbelilah sebuah mobil pick-up bekas. Fay berjanji akan memberdayakan mobil itu, sehingga perekonomian keluarga kami terdongkrak.

Janjinya memang terwujud. Angkutan barang-barang berupa sayuran atau hasil tani lainnya, selalu berlimpah, hingga dia tak kekurangan objekan. Sayang sekali, baru dua bulan berselang, tiba-tiba semuanya terhenti. Pertama, karena hasil tani di kampung berkurang. Hujan dan hama membuat banyak petani gagal panen. Kedua, karena para petani mulai pintar. Mereka lebih memilih membeli mobil pick-up sendiri untuk mengangkut hasil tani mereka ke kota ketimbang menyewa. Mungkin biar lebih hemat.

Alhasil, suamiku menganggur lagi. Pikirannya buntu. Dia hanya memiliki rencana segudang, dan cerita yang dibesar-besarkan. Tapi kenyataannya nol besar. Dari situlah aku mulai berpikir bahwa Fay, seperti kata sepupu dan orangtuaku, memang benar seorang lelaki yang banyak omong. Pembual!

Sampai sekarang dia masih menganggur. Aku dibuatnya pusing tujuh-keliling. Mau apa lagi, dia telah menjadi papa anak-anak. Tentu aku harus menerima kondisi ini, hingga nanti dia berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak. Semoga Tuhan memberikan jalan terbaik buat kami semua.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun