Tanpa dirimu aku hanya bisa mengusap foto kenangan, ketika air mata jatuh dalam  dada, jiwaku basah oleh kerinduan, keriput belaian terkadang tak bisa kubaca, sekarang aku bisa merasa, tapi aku telah kehilangan yang tersirat, hanya kilat yang rindu semakin berpacu, di sela cahaya aku tetap tak menemukanmu, meski hanya bayangan.
Bukannya aku tak rela, Tuhan, ketika kebersamaan canda-tawa itu harus hilang, tapi terkadang ketika rencana hanya memeta bencana, aku tak kuat tanpanya, dalam mimpi seakan dia enggan bertemu. Tuhan, maafkan aku ketika ada aku lupa membaca.
Kuingin kau tetap berada di sini, setelah lelahku menyadap tangis, tertawa lagi seperti dulu, ibu. Ketika ini hanya khayal kerinduian. Aku hanya bisa mengirim untai doa. Kuingin senyummu, Ibu.
Ujung rindu, 072019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H