Belum lagi di hari-hari berikutnya dia membawa temannya menghisap ganja bersama-sama. Kemudian meminum-minuman keras. Membawa perempuan. Karyawan-karyawan ibu sudah tahu kebiasaan buruk Loan. Tapi semuanya sama seperti aku, diam seribu bahasa. Begitu pula tetangga tak ada yang menggubris. Loan orangnya temperamen. Sekali saja tak menyukai orang, dia bisa begitu reaktif, misalnya langsung menikam orang dengan pisau yang aku tahu selalu dibawanya ke mana-mana.
Saat aku kuliah, Loan menjadi berandalan. Dia hengkang setelah empat semester kuliah di universitas A. Kerja hari-harinya hanya di pasar. Dari pagi, siang dan malam. Dia baru berada di rumah dari jam duabelas sampai lima pagi. Sekadar tidur.Â
Berulangkali pula dia masuk-keluar penjara. Mulai dari kasus mencopet, menganiaya, mengompas orang. Ibu sampai sering menghabiskan banyak uang demi membebaskannya dari jeratan hukum. Hingga sekarang ibu sudah sakit-sakitan, dan usaha yang dirintisnya susah-payah, hampir-hampir bangkrut. Akulah yang akhirnya mengelolanya. Tapi tak maksimal, sebab aku harus kuliah juga. Sementara Loan sudah pergi jauh merantau. Entah menjadi orang benar atau malahan bajingan, aku tak tahu. Sementara ibu bertambah kurus dan lebih banyak berdiam diri. Kasihan ibu.
------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H