Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lukisan Kata Bunda Tetap Menyimpan Rahasia

19 Juni 2019   18:57 Diperbarui: 19 Juni 2019   19:51 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Aku harap paham lukisan bunda, melukis kata bukan fatamorgana, dia yang mengajari mengupas jelanak asap pada tungku, mencintai tak usah menyayat mata, dia hanya menyimpan luka, dalam jelaga lukisan yang mengabarkan luka, mungkin aku selalu salah menebak, sedalam itu dia mengubur rasa, tapi dia selalu berkata nyata, agar anak do'a tak gagap dunia, begitu abstrak lukisan kata, bunda hanya mengatakan itulah pelangi, yang menyela-nyela antara cahaya dan rinai.

Tak aku tahu dia garap gagah dari lunglai kata, patahnya kuas baginya hanya alat, selama ada tenaga dan rasa, dia tetap menggarami anak do'a mengawang di puncak harap, karpet merah sebagai pengantar suka, pada nirwana dunia.

Lukisan bunda tak sanggup kubaca, warnanya tetap terasa, mantra meja makan tak merawat selara, dengan roda aku kirimkan meja makan kota, pada resep rahasia yang membuat aku merasa, bunda selalu berjuang menuang bahagia, dan aku tertawa, di bilik luka dia coba besalin rupa, aku suka, katanya. Sampai sekarang aku tetap gamang, memaknai lukisan kata bunda, antara merawat tunas, dan mengobat luka. Sungguh aku masih mengais pintu sorga, pada telapak yang murka, dan tetap menyiram cuka, menanam luka, dia tetaplah tertawa..

Kasihbunda,062019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun