Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Epilog Cinta

19 Juni 2019   16:49 Diperbarui: 19 Juni 2019   17:07 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

Aku telah menjamah anak-anak doa dari liang tak berdasar, tapi aku gamang, berpuluh purba telah kuasa rasa, terasa majal untuk mengerti apa-apa, karena aku bukan pujangga, hanya sejumput gombal yang mungkin laku di kaki lima, untuk mengusap gelisah di leleran usia yang mengurat, ternyata duka itu begitu dalam mencengkram hasrat tak berbalas, aku tahu kau kehilangan anak-anak doa, karena mereka telah terhapus sebelum hujan menembus garing, aku menyudahkan surat-surat doa yang dipulangkan.

Purna waktu dalam igau masa lalu, rebahkan harap pada tiarap yang ragu, aku harap mahligai cinta itu tetap dipupuk dalam taman-taman kata, meski larut dalam cacat syair, kau telah melagukan getir, ketika itu senja gegas gelap, mungkin hujan akan merapal kenang kunang-kunang, aku ingin kau pulang dan menang. Bukankah cinta harus dirawat dengan harap?

Semoga kau ikhlas menyesap epilog cinta, di ubun masa akan kau temukan bunga, liar dalam rekah duri, tapi dia akan menjaga cinta itu dari ramah tangan lelaki, begitu tajam rasa menguliti asmara yang tertumpah, katakanlah hanya majal untuk semua orang, dan tajam mengerat hari-harimu yang bermula dari gairah, berakhir dengan berserah, ketika kau kalungkan tajam itu ke apel penghabisan, mungkin kesakitan lebih nikmat dari raut pedang, terserah epilog cinta, doa-doa akan tetap mengalir, di antara usaha yang bernas, meski epilog itu menujum luka.

Ujungdoa,062019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun