Cinta adalah ruang dan waktu, kucurahkan raga ke ruang jantungmu yang setiap degup sebut namaku, waktu memberi jeda mengenalku pada segala yang terlalu berlebih, pada yang sangat kurang, aku harap kau menikmati kelebihan itu, dan kekurangan semoga kau tambal, sehingga celah itu terlihat samar.
Jalan-jalan kita, jalan yang dirindukan orang ketika muda menyadap usia, getah rasa cinta terlalu gurih ditinggalkan, ketika usia tua harus digantung, remah-remah kenangan, dari kepingan yang tertinggal, kita sesap secangkir susu, agar pengakhiran masa, hati itu seputih rasa. Terlalu  lama kita mereguk kopi, pada gelap karut, setelah hitam itu menjadi gerak kehidupan.
Masih kusemai ladang kata sayang, pada ladangmu yang gurun, Â usia membalun, harap itu tetap menggelenyar di mata, aku masih setia memacul padas untuk menghadiahkan kepadamu keras. Kau akan melembutnya dengan sang waktu, tetap kita isi ruang-ruang dengan janji, aku tak ingin senja ini kita hanya lorong-lorong kopong. Pada masa bolong, kita pasrah di ujung lolong.
Tanahsenja062019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H