Masihkah kau setia beternak kata-kata, hanya menggores luka, pada harta yang enggan dipiara? Hutan kata-kata membuat rimbun harap, saat hujan dunia menghanyutkan, humus kehilangan daun, ketika akar menyerah, sebelum dia tiada.
Peternak kata-kata, tak dikenal siapa dan untuk apa. Menjadi pusara pun akan kehilangan nisan tanpa nama, meski di tungkai rokok kau ingin hidup seribu tahun. Tetap saja perut tak bisa melumat kata, kecuali hati ingin digoda.
Peternak kata-kata, dikandang jiwa begitu liar kepak syair, kendati nada suka tak akan singgah, meski tinggal setitik  sepah.
Tapi aku setia pada taman kata yang memaling lupa, kata akan timbul mencuat rasa, telaga warna melindas masa. Kata-kata tetap hidup pada jiwa membaca, sebelum aksara kehilangan sukma, memeluk kata-kata sebelum lupa.
Ujunglupa,0620019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H