Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Belajar Membenci Meja Makan

6 Juni 2019   21:16 Diperbarui: 6 Juni 2019   21:45 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kidung meja makan, kuah rasa dari segumpal opor, menjadi tuah selera sekepal lontong, seutas sambal mengingat nujum tangan ibu, aku berenang dalam khayal rendang sepinggan, lahap yang tumbuh di lebar pinggang.

Aku memindahkan ingat pada mangkok bubur, hambar, mengurai keping ke masa muda, masa susah, aku mencari kenikmatan di sejumput telor dadar hampir gosong. Saat catatan tensi menggarami resah. Ada kolesterol menutup harap. Meski manis wajah masa remaja, hendaklah tak tumbuh di kerut usia, gula memanis darah, aku membunuh rasa itu.

Belajar menbenci meja makan, mangkok bubur berasa gurih. Belajar menyukai hambar, pindahkan gurih sebatas mata, urat bau menyatu dalam aroma gurih. Betapa aku meluruskan niat melupakan sosok cita rasa.

Ujungsiksa062019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun