Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Om Hanafi

31 Mei 2019   12:10 Diperbarui: 31 Mei 2019   12:16 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Rumah Om Hanafi hanya berjarak tiga rumah dari rumahku. Dia seorang karyawan perusahaan swasta, dan lebih sering ke luar kota ketimbang berada di rumahnya. Istrinya, perempuan yang kerap kupanggil Tante Fit, adalah adik kandung mama. Dia memiliki seorang anak berumur setahun dan sedang lucu-lucunya.

Hari ini aku sengaja bersiap-siap ke rumah Om Hanafi. Setelah meminum kopi panas dan mencomot sepotong pisang goreng, aku permisi kepada istriku.

"Tak ngantor dulu, Mas?" Dirapikannya posisi dasiku. 

"Sudah ngomong kepada Manajer, aku langsung prospek. Mudah-mudahan saja Om sedang santai, jadi aku tak terlalu pusing menjelaskan program asuransi pendidikan untuk anaknya. Kalau menunggu besok-besok, dia pasti sudah kabur ke luar kota. Padahal dialah sasaran pertamaku. Seperti kata Pak Moel, manajerku, tahap awal bagi calon agen, adalah mendekati saudaranya sendiri."

Ya, aku memang baru sekian minggu bekerja di Asuransi Bumiputera 1912. Sebuah perusahaan asuransi tertua dan besar, tapi tak begitu dalam kuketahui seluk-beluknya. Padahal ketika SMA, sekolahku berada tak jauh dari gedungnya yang megah. Aku malahan sering berdiri dengan teman-teman di depan situ kala menunggu angkutan umum. Ternyata setamat kuliah, aku kepincut juga bekerja di perusahaan itu.

"Mas yakin bisa meluluhkan hati Om Hanafi?"

"Yakin! Aku harus yakin."

Segera kutenteng tas president, sambil meninggalkan rumah dengan hati penuh semangat. Kulihat bubungan rumah Om Hanafi yang berpendar diterpa sinar matahari pagi. Ya, Tuhan, semoga langkahku direstui.

Di depan rumah Om Hanafi, Tante Fit tengah menggendong anaknya di teras rumah. Dia melambai ketika aku dilihatnya berdiri di seberang pagar. "Rapi sekali, Sam! Seperti gaya direktur saja."

Aku mesem-mesem. Sebentar kugoda Dion, anak Tante Fit, yang langsung cekikikan. "Mau ketemu dengan Om Hanafi. Ada kan, Tante?"

Dia berjalan duluan melewati pintu depan. Aku mengekor dengan perasaan tak karuan. Kemarin dulu, aku memang sudah mengatakan kepada Tante Fit akan menemui Om Hanafi demi mempresentasikan program asuransi pendidikan anak. Saat itu, dia senang-senang saja, malahan menyokong niatku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun