Siang panas membakar dahaga yang terjulur mencari hasrat terbelenggu, orang-orang melahap parkiran, ketika etalasi dihirup konsumerisme, berjuang terhadap dahaga, bersabar menukar prestise dan suka cita, meski tak jarang memberi celah antara yang berhasil membusung dada dan mereka yang hanya menelan ludah tanpa rasa.
Betapa ketika malam menyuguhkan dingin, orang-orang tak dapat menelan kantuk, sekadar menyerahkan tugas seharian, yang terbakar nafsu yang tumbuh di mata, berbisa di lidah, ketika mendulang angakara, menyimpan di akar dada. Tak pula  berbagi untuk tetangga, ketika melahap berkah dari selera yang mengkuahi sahur yang basah,  etalase rasa mengirimkan bau cemburu membedakan status, ketika orang menyesap air minum dan sepotong roti sisa dari deru jalanan yang sebelum lalu lintas membuatnya tak bermata.
Aku mengikuti arus, hanya mampu berkata, tanpa berjuang menggarami hari-hari tanpa rasa.
Ujungakar052019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H