Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Cerpen | Tumbal Asap

23 Mei 2019   15:07 Diperbarui: 23 Mei 2019   15:52 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dul Kenthut keluar dari rumah dengan tampilan mentereng habis. Rambut klimis, baju necis, wajah kinyis-kinyis bombay. Yu Cebret sampai curiga lakinya mau nyamperin perempuan lain.

Tumben-tumbenin pula dia naik taksi menuju pusat kota. Biasanya sih dia naik angkot. Taksi berhenti di depan sebuah gedung bertingkat lima. Dul Kenthut berdecak kagum. Ternyata cerita orang tentang Phil Kendil, benar adanya. Meskipun Phil Kendil hanya office boy di perusahaan itu, tapi gedung kantornya ajib benar. 

Phil Kendil menyambut gembira kedatangan Dul Kenthut. Keduanya langsung masuk ke dalam gedung. "Aku masih ada kerjaan. Mas Dul duduk-duduk santai saja di sini." Phil Kendil  naik tangga ke lantai dua.

Dul Kenthut duduk di sofa ruang tamu. Karena kesal menunggu Phil Kendil, dia menarik sebatang sigaret. Entah kenapa lelaki berseragam hitam dan bertampang sok seram mendatanginya. "Maaf Mas, di sini dilarang merokok," ucap lelaki itu. Dul Kenthut buru-buru memasukkan kembali sebatang sigaret ke dalam bungkusnya.  

Tapi bukan Dul Kenthut namanya kalau tidak bisa mengakali orang. Dia melihat tulisan "toilet" di pintu ujung ruang tamu. Buru-buru dia ke sana. Batinnya, "Sok benar  lelaki tadi. Mentang-mentang label di dadanya security, padahal hansip. Mampuslah kubohongin. Dul Kenthut dilawan!" Dia masuk ke dalam toilet. Mengunci pintunya rapat-rapat. Dan menikmati asap surgawi itu.

Tak berapa lama terdengar suara sirine. Belasan orang langsung berkumpul di depan toilet. Dan tiba-tiba Dul Kenthut keluar dengan wajah kusut-masai dan badan basah-kuyup. "Kurang ajar orang iseng itu. Masa' aku ngerokok disembur air dari atas," sungut Dul Kenthut.

"Pantas saja Mas disembur air. Seluruh gedung memakai smoke detector alias pendeteksi asap. Begitu ada asap, pendeteksi asap langsung menyemburkan air. Rasakanlah tumbal asap itu, Mas!" gerutu Phil Kendil. Wajah Dul Kenthut berubah seperti udang rebus.

---sekian--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun