Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mata Cahaya

23 Mei 2019   08:32 Diperbarui: 23 Mei 2019   08:45 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mereka yang bekerja dalam senyap, terlihat tiarap, tapi tetap berharap, bermandikan gairah kebenaran, bukan pembenaran. Setelah beribu kata tergerus dalam darah, setelah gerak pacu dalam tulang, biarkan nurani dikenang, tak akan dijual, meski berkalang.

Ada mimpi  berselaput, ada harap tercerabut, seperti mendirikan benang basah, meski kulai, tetap berusaha, karena hidup adalah kuasa, bukan menerima seperti peminta-minta.

Biarkan nyala bekerja, sekam itu tak berwarna, saatnya sekam melahap masa, kuasa baharu tebatas, setelah itu ditebas, lepas.

Takut tak mengenal warna. Maut juga tak perlu dijaga, ketika nurani berkata, tak perlu air mata, berserah pada yang Kuasa, itulah mata cahaya.

Ujungakar052019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun