Ketika hati tertutup, ada yang meletup, luka terserak, Â tak ada kerdip dian, dari gelap menyucuk kebohongan, atas nama palsu, arah paku dialihkan , air mata ditukar dengan cawan anggur memabukkan.
Aku hanya melukis kata-kata, pada tanah-tanah tercedera, kehilangan rumus cinta, ketika humus kehilangan makna, tunas menipu cahaya.
Aku hanya melukis warna mata, sebelum harta menghijaukan, tak pula nurani membaca, selain tertawa pada tipu daya, pada akhirnya pohon tak akan mendustai akar, memanjangkan dahan dan daun dari penjara kuasa, ketika cahaya menghanguskan.
Ujungakar052019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H