Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebo Bule

19 Mei 2019   15:50 Diperbarui: 19 Mei 2019   15:52 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Deden terbiasa sarapan dulu baru mandi. Maka tak usah heran, setiap kali bangun pagi, dia hanya cuci muka. Ibu dan ayahnya sudah berkali-kali mengingatkan, agar dia tak berbuat seperti itu. Hanya kerbau yang makan dulu baru mandi. Tapi tetap saja dia membandel. 

"Kebo bule! Kebo bule!" Begitulah teman-temannya menggelari Deden. Gelar itu didapatnya setelah Namek, tetangga sebelah rumah, membocorkan tabiat Deden yang seperti kerbau itu. Karena Deden berkulit putih dan bermata coklat seperti bule, dia digelari kebo bule.

Apakah Deden sakit hati dengan gelaran itu?

"Buat apa sakit hati? Biarlah, mulut mereka yang capek menggelariku kebo bule," kata Deden kesal.

"Tapi, perbuatanmu tak baik, Den. Saat sarapan, semua yang ada di meja makan, terganggu dengan bau ilermu. Makanya, harus mandi dulu." Ibunya mengelus-elus kepala Deden. 

"Kan, aku sudah cuci muka!" Dia membenamkan wajah ke meja belajar. Ibunya hanya bisa menggeleng-geleng. Kalau wajah Deden sudah dibenamkan ke meja belajar, itu artinya dia tak mau diganggu lagi.

Beberapa hari setelah itu, setiap pagi Deden uring-uringan. Dia tak mau sarapan sebelum yang lain selesai sarapan. Ibunya sampai terheran-heran. 

"Nanti kalau Deden ikut sarapan, kan ada yang bau iler!" katanya nyengir. Ibunya tersenyum. Deden bukan anak nakal. Dia selalu memperoleh rangking lima besar di sekolah. Perkara sarapan sebelum mandi itu pun tak pernah lagi dibahas oleh ayah dan ibunya. Kecuali teman-temannya di sekolah tetap setia menggelari Deden si kebo bule.

Suatu hari, Deden berlibur di rumah Tante Iren. Saat dia dan Igo, anak Tante Iren, berjalan-jalan ke kebun binatang, seekor banteng tiba-tiba mengamuk. Untunglah penjaga kebun binatang bisa menenangkannya.

Seketika Deden teringat gelar-gelaran kebo bule itu. Dia kemudian bercerita kepada Igo. Mula-mula si Igo serius mendengar ceritanya. Kemudian dia tersenyum, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa kau tertawa?" sungut Deden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun