Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Keep Bermedsos Positif Selamanya

17 Mei 2019   21:32 Diperbarui: 17 Mei 2019   21:49 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Alih-alih menjadi alat  menjalin silaturrahmi atau berbagi inspirasi dan informasi, belakangan ini media sosial (medsos) malahan dijadikan alat penyebar hoaks, fitnah, bully dan semacamnya. Hingga tujuan awal berkecimpung di dunia medsos agar gaul dan tidak dibilang berotak kadaluwarsa, sama sekali termentahkan.

Saya ingat pertama kali mempunyai akun di medsos ( fasebook), sekitar tahun 2009. Saat itu medsos ibarat taman wangi nan indah. Teman-teman lama yang tak pernah bersua puluhan tahun, dengan mudah dipertemukan. Grup-grup bermunculan, seperti grup alumni anu, grup kampung ini. Pokoknya yang renggang seakan dirapatkan. Yang susah menjadi disenangkan. Belum lagi munculnya para penulis dadakan.

Meski sebagian karbitan, tapi bukan sedikit yang akhirnya membuat mereka menjadi penulis kawakan. Tak kurang pula informasi yang sangat membantu, mulai dari kuliner, hingga kesehatan. Bahkan kita tak akan gagap lagi di mana tempat-tempat indah yang eksotis.

Medsos juga sering dijadikan ladang bisnis. Jual beli menjadi lancar. Iklan-iklan bertebaran. Bahkan memiliki akun di medsos tak jarang membuat orang jutawan karena memiliki follower bejibun. Tak dapat dinafikan jual beli akun sering terjadi, antara mereka yang ingin eksis atau perusahaan yang berhasrat barang produksinya semakin laris, dengan pemilik akun medsos.

Tapi, itu tadi, khususnya di Indonesia, keberadaan medsos ternyata melenceng dari maksud awal penemunya. Saya yakin tak ada niat para penemu medsos untuk memindahkan perang di dunia nyata ke dunia maya. 

Tak jarang para penemu medsos, melalui admin-adminnya, melakukan bersih-bersih lapak dari akun meresahkan, apalagi maksimal berbau hatespeech. Tapi, ibarat rumput ilalang, dibunuh serumpun, tumbuh seribu rumpun. Semakin dibersihkan, virus hoaks dan segala macam tetap terawat hingga sekarang.

Lalu, apakah kita akan mengotori Ramadan dengan tetap bermedsos konten negatif? Kita harus ingat, tujuan puasa tidak hanya menahan diri dari lapar dan haus, juga menambah ibadah, dan menimbun pahala, agar pada saatnya, kita terlahir putih bersih, fitrah sebagai mana awalnya. Bukan malahan menimbun dosa secara tidak kita sadari. 

Kita telah berhasil menahan yang halal-halal, sehingga waktunya bisa dilepas. Bagaimana pula yang haram-haram kita biarkan berkeliaran mengotori isi kepala dan mood menjadi penuh amarah? Seharusnya kita berhasil fitrah, ternyata tubuh kita malah semakin kotor. Hati kita penuh karat. Aura positif yang seharusnya mengiringi langkah kita, pada akhirnya beraroma negatif yang akan merubah sentiman beraktifitas ke arah minus.

Apakah kita tetap ingin terkurung dalam kaum non produktif berkarya, tapi menghancurkan karya itu sendiri? Ada hal-hal yang mesti kita lakukan agar tak terjebak dalam rutinitas negatif bermedsos  :

Pertama, kita harus lebih selektif ketika berselancar di medsos. Pilihlah hanya yang wajar-wajar untuk mengakrabkan diri dengan teman atau dengan informasi. Bila melihat konten negatif, apalagi berbau hoaks, segera alihkan perhatian ke lapak lain. Jangan sesekali ikut berkomentar, kecuali gatal ingin mengemukakan fakta. Tapi, saat perdebatan semakin gencar, hingga menjurus ke hal-hal yang ngawur, tegaslah menghentikan secara sepihak. Jangan takut kehilangan teman untuk perbuatan berbau negatif.

Kedua, kita harus bijak mencari lapak tempat menumpahkan ide kita tentang lingkungan yang mengenakkan hingga menyakitkan. Begitu banyak media-media yang memberikan kesempatan buat kita mengemukakan pendapat dan informasi lewat tulisan. Selain mengasah kepekaan kita menulis, tak jarang media maya tersebut mengapresiasi penulisnya dengan pembayaran semacam honor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun