Tersaruk di matamu yang lapuk, masih ada sisa cinta untuk direguk, setelah hari berlari dari ketiadaan, masih ada kerlip itu sebagai dian, sebelum hujan terburu memadamkannya.
Kucoba menyusun puzzle yang terserak, dari perbedaan menuju penyatuan, dari persamaan menjadi pembekuan, lirih sekali kau berkata ada yang ganjil harus digenapkan, setelah kita menyusun gelap sebelum lelap.
Katamu, perbedaan bukan untuk disatukan, persamaan mesti tak dibekukan, karena yang beda itu berkah, ketika harus melengkapi, adalah aroma kasih tak bertepi.
Dalam bandul waktu, aku mencoba, mengurangkan yang lebih, menambahkan yang minus, ketika aku tersadar menyiram matamu yang lapuk, memaksa ego harus takluk.
Ujungakar 052019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI