Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Angin Mengetuk, Mengetik Kata

4 Mei 2019   17:21 Diperbarui: 5 Mei 2019   07:06 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Angin mengetuk Ramadhan, menyeru pulang, waktu nafsu mengetik tanpa jeda, setelah merawat kenyang, aku lupa ada masa lapar, juga retak dahaga, sebab kehidupan sering dilarut tenang, sesekali disapu ombak, ketika kehidupan bukan selalu riang, susah itu selalu dikenang, bagaimana sebentuk kata harus berjuang.

Belajar dahaga, mengajari gurun mencintai lamun akan senja ketika gelap mengasah dingin.

Belajar lapar, membaca paceklik, bertahan pada wereng, bahwa kesusahan itu, meraut harapan menjadi runcing dan tajam.

Angin mengetuk Ramadhan, saat mengundang nestapa berikanlah dia bunga sehingga berwarna.

Di waktu-Mu kami berpeluk, lapar-dahaga tak mungkin memberi jeda, agar kami lupa berpagut.

Angin mengetuk, aku mengetik kata untuk berbagi, karena susah senang hanya dalam selarik kata, mencoba tersenyum melarut kagum, Yang Kuasa memberi jeda, pada masa yang ranum.

2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun