Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sambal dan Padanan Kata

27 April 2019   23:36 Diperbarui: 27 April 2019   23:41 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Bicara tentang sambal rasanya tak akan habis-habisnya. Sama dengan kenangan pedesnya yang nempel di lidah. Memang tobat nyambal sering muncul ketika rasa pedes memjewer telinga. Tapi sebatas hilang pedesnya, lanjut lagi.

Makan tanpa sambal ibarat hidup tanpa yayang, uhuyyy ini malam minggu, yak! Bagi saya mending makan sambal dengan telor, ketimbang makan goreng ayam tanpa sambal. Bahkan makanan paling enak sejagat (maksud saya makannya dengan nasi) menjadi nonsense  tanpa sambal.

Kamu pasti tahu ratusan varian sambal yang tersebar di seluruh nusantara. Meskipun bahan bakunya sama, tapi lain nama, maka rasanya akan beda dan sensasinya tak serupa.

Pengalaman saya makan sambal, membuat saya hapal  padanan lauk (typo padanan kata). Kalau kamu tak suka dengan pendapat saya, tak apa-apa. Karena yang berhubungan dengan rasa-rasa, umumnya relatif. Semisal saya doyan daun kates mentah,  kamu malahan menuduh saya kambing. Andai saya suka jengkol bakar, pertemanan kita jadi renggang, sebab kamu phobia bau busuk, apalagi saya memesingkan wc dan memusingkan kamu. Apa saja padanan kata, eh lauk, yang mesra dengan sambal?

Pertama, pecel lele. Salah satu makanan favorit saya ini membuat nagih kalau ditemani sambal terasi. Kebanyakan sambal terasi tidak ditumis sampai matang. Tapi masih dalam bentuk bijian, digoreng sebentar, lalu diulek. Atau minyak goreng dipanasi, kemudian dicelor ke bahan mentah sambal terasi, baru diulek. Rasanya membuat mata kelojotan saking enaknya. Pantaslah penikmat pece lele mengatakan, daya tarik pecel lele itu terletak pada sambalnya.

Kedua, ikan bakar. Ikan bakar yang bahannya dari ikan segar, apalagi ikan sungai, semakin eksotis bila dicocol sambal bawang. Sambal satu ini dibuat mentah semua. Cabe diulek halus, iris-iris bawang merah, lalu siram air perasan jeruk nipis. Terus dibubuhi kecap manis. Rasanya maknyoss. Apalagi dinikmati di alam bebas sambil mendengar desir halus aliran sungai. Jamin nagih.

Ketiga, sambal ikan laut. Sambal ikan laut ini bisa berupa ikan sarden, gembung dan tongkol. Biasanya sambal campuran ikan goreng ini seluruh bahan digoreng dulu sebentar, baru diulek. Kemudian ditumis bersama ikan goreng. Bahan sambal juga tak terlalu ribet. Tentu ada cabe, bawang merah, tomat dan kemiri.

Ketiga, ayam siap saji atau fried chicken. Makanan impor dari negeri bule dan pakle ini, sangat tak relevan bila dinikmati dengan sambal pribumi. Fried chicken ini hanya cocok dicocol dengan saos sambal atau saos tomat.

Seolah dikutuk, rata-rata makanan impor yang sampah atau junkfood, padanannya hanya dengan saos. Contohnya itu tadi fried chicken, humberger,  pizza dan lain-lain.

Keempat, nasi Padang. Keterlaluan bila kamu tak kenal nasi Padang. Makanan satu ini identik dengan sambel  cabe hijau tumis. Entah apa sebabnya. Bahkan kalau nasi Padang bersambalkan cabe merah, nuansa Padang-nya menjadi luntur. 

Kelima, makanan kuah-kuahan. Makanan iseng-iseng ini sangat macing dengan sambal cabe rawit. Entah apa sebabnya. Contohnya, model-modelan, sop, soto, bakso (meski ditambah saos dan kecap), mie ayam, mie celor dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun