Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Jus Hatsyin

5 April 2019   15:10 Diperbarui: 5 April 2019   15:22 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Teman saya itu suka melawak. Sebut saja dia Pingko. Kami teman sekantor empatbelas tahun lalu. Meskipun suka melawak, tapi bagi orang yang baru pertama kali bertemu dia, pasti menganggap dia orang yang kasar dan sangar.  "Hehehe, tak apa-apa, wajah Rambo tapi hati Rinto."  Itu yang sering dia ucapkan kepada teman barunya, sebagai pencair suasana.

Tapi sudah beberapa hari---kejadiannya sekitar tahun 2005, saya lupa bulan berapa tepatnya---tak ada lawakan yang keluar dari mulut Pingko. Wajahnya tanpa senyuman. Saya tebak dia sedang ada masalah di rumahnya, atau dia lagi tak ada uang.

"Kenapa, Ko?" tanya saya sambil nyengir. Pingko tetap menunjukkan wajah muram. 

"Saya lagi kesal!" jawabnya. Dia mulai bercerita, bahwa karena musim kemarau yang berkepanjangan, dia selalu ingin minum yang dingin-dingin. Maka setiap pagi, dia selalu menyiapkan segelas besar air yang dia taruh di lemari es dapur kantor. Terkadang hanya air putih, atau lebih sering air sirop.

Sehari-dua tak ada masalah. Tapi di hari berikutnya, setiap kali dia pulang dari lapangan---karena Pingko memang bertugas di lapangan---selalu saja air di gelas itu tak bersisa. Dia tak bisa menebak siapa pelakunya, karena orang yang wara-wiri  di dapur kantor sangat banyak. Salah tuduh, bisa berabe.

Tiba-tiba aku ada ide. "Taruh saja garam inggris. Biar tahu rasa orang yang maling minumanmu."

Pingko berpikir sejenak. Sebagai orang yang berhati Rinto, baginya itu sangat kejam. Masa' hukuman untuk orang yang maling minuman saja harus bolak-balik ke kakus sampai dua-tiga hari.

"Ketimbang memakai racun tikus, itu kan lebih ramah," candaku.

"Aku bisa masuk bui!" ketusnya.

Bincang-bincang kami selesai tanpa ada solusi. Tapi besok paginya Pingko sudah nyengar-nyengir seperti kuda makan beling di dapur kantor. Tanpa saya tanya, dia langsung membuka pintu lemari es. Terpampanglah gelas besar dengan isi yang menggoda di situ. "Ini jus jeruk sengaja saya bawa dari rumah. Tapi ini tak pantas disebut jus jeruk."

Akhirnya aku tertawa terpingkal-pingkal. Pingko mencampur jus jeruk itu dengan garam beberapa sendok makan. Jadinya nama jus itu bukan jus jeruk, melainkan jus garam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun