Kelindan nama di jerami, aku tak menemukan kemujuran dari kejujuran mata, miang menujum rasa, rapuh mengajari lapuk, saat harap itu tetap mengajari ingat, dilarang melupa.
Aku mengerti sebuah nama tak akan berarti, ketika makna hanya tetes air di talas, menjadikan kemarau tertimpa hujan, larut ini kuingin napas keringatmuÂ
Saat mana kuingat, waktu menyeret terluka. Aku menyadari akan menyusut, buatkan rata dengan tanah, aku mengubur gundah dalam papa. Kucoba hapus namamu dari lubuk dada.
Larut042019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H